Karakteristik Kepribadian Guru


Karakteristik kepribadian guru

A.   Fungsi Kepribadian Guru
Tugas seorang guru sangat identik dengan pelayanan, sebab ketika seseorang memutuskan untuk menjadi guru, maka dengan sendirinya dia  harus mampu menjadi pembimbing, Pembina dan pengasuh bagi peserta didik. Jika guru melakukan perbuatan yang benar dan sesuai dengan norma yang berlaku maka perbuatan itu akan diterima oleh peserta didik sebagai sesuatu yang harus ditiru. Sebaliknya jika guru melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku maka akan memberikan dampak negatif pada peserta didik. Ini menunjukkan bahwa tugas seorang guru adalah memberikan pelayanan. Oleh sebab itu, setiap guru harus mempunyai integritas dan personalitas yang baik dan menjadi ciri bagi kepribadiannya[1].
Sebagai individu yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, guru harus mempunyai kepribadian yang mencerminkan sebagai pendidik. Tuntutan itu merupakan hal yang sangat berat dibanding tuntutan yang lain. Hal itu karena seorang guru adalah sosok yang “digugu” dan “ditiru”. Digugu maksudnya apapun yang disampaikan guru dapat dipercaya dan diaplkasikan pada diri peserta didik, dan ditiru artinya seorang guru sebagai teladan yang baik[2].
Seorang guru harus mempunyai tujuan untuk membentuk kepribadian peserta didiknya menjadi pribadi yang mulia. Namun, sebelum menjalankan tugas tersebut seorang guru harus mampu dan berusaha membentuk dirinya sebagai orang yang pantas ditiru yaitu orang yang mempunyai kepribadian yang baik. Seorang  guru tidak hanya mencontohkan dan menjelaskan kebaikan, sedangkan dirinya mengabaikan dan tidak melaksanakannya. Karena Allah melaknat orang yang berani berbicara dan menasehati tetapi dia sendiri tidak pernah melakukannya. Allah berfirman :
يَاَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا لِمَ تَقُوْلُوْنَ مَالَا تَفْعَلُوْنَ (2) كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللهِ اَنْ تَقُوْلُوْا مَالَا تَفْعَلُوْنَ (3) (الصف : 1-3)
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. (Q.S. Al-Shof : 2-3)[3].

Rasululloh SAW juga bersabda :
يؤتي بالرجل يوم القيامة فيلقي في النار فتندلق اقتاب بطنه فيدور بها كما يدور الحمار بالرحى فيجتمع اليه اهل النار فيقولون يا فلان ما لك الم تكن تأمر بالمعروف و تنهي عن المنكر فيقول بلي قد كنت أمر بالمعروف و لا اتيه وانهي عن المنكر و اتيه (رواه مسلم)
Artinya : “Seorang laki-laki didatangkan pada hari kiamat, kemudian dia dilemparkan ke dalam neraka, kemudian keluarlah usus-usus perutnya, kemudian dia berputar-putar mengelilinginya sebagaimana keledai mengitari poros ikatannya, kemudian penduduk neraka mengerubunginya dan berkata wahai fulan! Apa yang terjadi pada dirimu? Bukankan dulu engkau menyuruh untuk melakukan perbuatan baik dan engkau melarang perbuatan jelek? Dia menjawab : Ya, dulu saya menyuruh orang lain untuk melakukan perbuatan baik, tetapi saya tidak mengerjakannya. Saya melarang perbuatan buruk tapi saya melakukannya. (H.R. Muslim)[4].

Ayat dan hadis diatas jelas menyatakan bahwa tidak dibenarkan seseorang hanya memberikan contoh dan meninggalkan dengan apa yang dicontohkan. Apalagi seorang guru yang setiap harinya menjadi panutan bagi peserta didiknya. Seyogyanya dia harus melakukan terlebih dahulu sebelum memberi nasihat dan contoh baik terhadap peserta didiknya, sehingga dirinya benar-benar menjadi teladan baik yang dapat ditiru perkataan dan perbuatanya.
Dalam melaksanakan tugas guru, bukanlah hanya sebatas kata-kata, akan tetapi juga dalam bentuk perilaku, tindakan dan contoh-contoh. Pengalaman Anwar dan Sagala (2006) menunjukkan bahwa sikap dan tingkah laku jau lebih efektif dibanding dengan perkataan yang tidak diiringi dengan amal nyata. Peran kepribadian yang ditampilkan oleh seorang guru akan membentuk karakteristik peserta didik atau lulusan yang beriman, baerakhlak mulia, cakap mandiri, berguna bagi agama, nusa dan bangsa, terutama untuk kehidupan yang akan datang. Inilah yang disebut manusia yang seutuhnya yaitu berpengetahuan, berakhlak dan berkepribadian[5].
Dengan demikian tugas dan kepribadian guru sangat penting sekali, baik yang berkaitan dengan dirinya, peserta didiknya, teman sekerjanya, kepala sekolahnya, orang tua peserta didik maupun dengan yang lainnya. Guru adalah figur pemimpin yang dapat mengendalikan peserta didik. Guru sebagai insinyur watak dan jiwa peserta didik. Guru adalah orang yang berpeluang untuk menentukan sikap dan kepribadian peserta didiknyasehingga dapat berguna bagi masyarakat dan keluarganya.

B.   Karakteristik Kepribadian Guru
Karakteristik kepribadian yang berkakitan dengan keberhasilan guru dalam menggeluti profesinya adalah meliputi :
1.    Fleksibelitas Kognitif Guru
Fleksibelitas kognitif (keluwesan ranah cipta) merupakan kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan secara simultan dan memadai dalam situasi tertentu. Kebalikannya adalah Frigiditas kognitif atau kekakuan ranah cipta yang ditandai dengan kekurangmampuan berpikir dan bertindak yang sesuai dengan situasiyang sedang dihadapi.
Guru yang fleksibel pada umumnya ditandai dengan keterbukaan berpikir dan beradaptasi. Selain itu, ia juga memiliki resistensi (daya tahan) terhadap ketutupan ranah cipta yang premature dalam pengamatan dan pengenalan. Ketika mengamati suatu objek atau situasi tertentu, seorang guru yang fleksibel selalu berpikir kritis yaitu berpikir dengan penuh pertimbangan akal sehatyang dipusatkan pada pengambilan keputusan untuk mempercayai atau mengingkari sesuatu dan melakukan atau menghindari sesuatu[6].
Guru yang terbuka secara psikologis biasanya ditandai dengan kesediaannya yang relatif tinggi untuk mengkomunikasikan dirinya dengan faktor-faktor ekstern antara lain peserta didik, teman sejawat, dan lingkungan pendidikan tempatnya bekerja. Ia mau menerima kritikan dengan ikhlas. Di samping itu dia mempunyai rasa empati yakni respon afektif terhadap pengalaman emosional dan perasaan orang lain.


[1]Salman Rusydie, Tuntunan Menjadi Guru Favorit,Buku Kita, Jakarta, 2012, hlm. 15.
[2]Syaiful Sagala, Op.Cit, hlm. 48.
[3]Al-Qur’an dan Terjemahannya, Op.Cit, hlm. 551.
[4]Al-Hadis, Sahih Muslim,Dal Al Fikr, Beirut, 1992, Jilid 2, hlm. 705.
[5]Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan,Alfabeta, Bandung, 2013, hlm. 13.
[6]Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan  dengan Pendekatan Baru,Remaja Rosada Karya, Bandung, 2008, hlm. 226.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Karakteristik Kepribadian Guru"

Post a Comment

Silahkan komentar dengan baik