Psikopatologi dalam Psikologi Islam



 Psikopatologi


BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang
Di era sekarang ini kemajuan teknologi dan informasi sangat berkembang dengan cepat. Namun, teknologi dan informasi yang berkembang tidak selamanya memberikan dampak yang baik, melainkan semakin merosotnya keimanan seseorang. Faktanya yang sering kita jumpai adalah banyaknya penyelewengan moral.
Moral erat kaitannya dengan hati. Jika hati seseorang baik maka baiklah pula seluruh tingkah lakunya. Penyakit-penyakit  moral ini lebih mengganggu dan lebih berbahaya, lebih parah dan lebih buruk dari pada penyakit-penyakit tubuh ditinjau dan berbagai segi dan arah. Yang paling merugikan dan paling besar bahayanya ialah karena penyakit moral mendatangkan mudarat atas seseorang dalam agamanya, yaitu modal kebahagia­annya di dunia dan di akhirat; dan bermudarat bagi akhiratnya, yaitu tempat kediaman yang baqa, kekal, dan abadi. Adapun penyakit tubuh tidaklah mendatangkan mudarat atas seseorang kecuali di dunianya yang fana yang lagi hina, serta tubuhnya yang menjadi sasaran penyakit akan hancur luluh dalam waktu yang cepat.

B.            Rumusan Masalah
1.      Bagaimana penyakit moral?
2.       Bagaimana faktor-faktor penyakit moral?
3.      Bagaimana solusi mengatasi penyakit moral?


BAB I
PEMBAHASAN

A.           Pengertian Penyakit Moral
Moral berasal dari bahasa latin yakni mores kata jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia moral diartikan dengan susila. Sedangkan moral adalah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang wajar.
Sedangkan yang dinamakan moral atau akhlak yaitu suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia yang lahir dari perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa melalui proses pemikiran pertimbangan  atau penelitian, sifat berfikir atau watak yang terjabarkan dalam bentuk: berfikir, berbicara, bertingkah laku dan sebagainya, sebagai ekspresi jiwa.  Jadi penyakit Moral adalah serangkaian perilaku manusia yang telah menyimpang dari koridor fitrah yang murni, bersih, dan suci dari apa yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.[1]
Dalam terminology Islam klasik, gangguan kepribadian disebut dengan akhlak tercela (Akhlak Madzmumah) sebagai kebalikan dari akhlak yang terpuji (akhlak mahmudah). Menurut Al-Gazali, penyakit Moral yaitu
 الأخلاق الخبيثة امراض القلوب واسقام النفوس
Artinya : “Akhlak yang buruk merupakan penyakit hati dan penyakit jiwa
Beberapa dari penyakit moral yaitu Zina, Menuduh Zina (fitnah), pencuri, perampokan, meminum minuman keras, pemberontakan terhadap pemerintah, semua ini telah di nash dalam al-Qur’an. Beberapa contoh dari penyakit moral yang ada di masyarakat khususnya di Indonesia adalah sebagai berikut:
1.      Korupsi, adalah perilaku pejabat publik, baik politikus atau politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka.
2.       Pelacuran atau prostitusi, adalah penjualan jasa seksual, seperti seks oral, atau hubungan seks, untuk mendapatkan uang. Seseorang yang menjual jasa seksual disebut pelacur, yang kini sering disebut dengan istilah Pekerja Seks Komersial (PSK).
3.      Minuman beralkohol, adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan penurunan kesadaran. Mereka yang terkena biasanya mengalami perubahan perilaku, misalnya ingin berkelahi atau melakukan tindakan kekerasan lainnya, dan tidak mampu menilai realitas.[2]

B.            Faktor-Faktor Penyebab Penyakit Moral
Penyakit moral saat ini sudah sampai pada kondisi yang sangat memprihatinkan. Dan itu terjadi pada semua level masyarakat. Anak-anak remaja hingga orang dewasa sudah banyak yang terjangkit penyakit ini. Maraknya kenakalan dikalangan remaja; pergaulan bebas, tawuran, dan berbagai perilaku menyimpang lainnya merupakan bukti bahwa moral remaja kita sudah rusak. Para pejabat sudah tidak mempunyai rasa malu meminta dan mengambil sesuatu yang bukan haknya. Para wanita lebih senang pamer aurat dimuka umum dan bergaul tanpa batas. Dengan alasan seni para artis dan media telah meracuni masyarakat dengan tontonan yang merusak akhlak. Jika disebut satu persatu secara rinci potret kerusakan moral masyarakat kita terlalu sempit media ini untuk memuatnya. Tetapi hal itu dapat kita rasakan secara nyata ditengah-tengah kehidupan kita. Kemajuan teknologi justru menambah cepatnya virus ini menjalar ditengah masyarakat kita. Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya Penyakit moral adalah sebagai berikut : 
1.      Kemajuan Teknologi
Dampak globalisasi teknologi memang dapat memberikan dampak positiftetapi tidak dapat di pungkiri lagi bahwa hal ini juga dapat berdampak negative bagi kerusakan moral. Perkembangan internet dan ponsel berteknologi tinggi terkadang dampaknya sangat berbahaya bila tidak di gunakan oleh orang yang tepat. Misalnya : Video porno yang semakin mudah di akses di ponsel dengan internet, mahasiwa sebagian yang tidak sempat belajar ketika ujian menggunakan hp untuk internet atau menanyakan kepada temannya lewat sms. Hal tersebut memang sangat memudahkan tapi itu melatih adanya sifat ketidakjujuran kepada mahasiswa itu sendiri sehingga menjadi awal dari kerusakan moral. 
2.      Memudarnya Kualitas Keimanan
Sekuat apapun iman seseorang, terkadang mengalami naik turun. Ketika tingkat keimanan seseorang menurun, potensi kesalahan terbuka. Hal ini sangat berbahaya bagi moral, Jika dibiarkan tentu membuat kesalahan semakin kronis dan merusak citra individu dan institusi. Contohya saja jika para pejabat negeri ini memiliki landasan agama yang baik,maka apa berani dia memakan uang rakyat(Korupsi)?! 
3.      Pengaruh lingkungan
Tidak semua guru itu punya sifat yang buruk dan sebaliknya. Terkadang seorang guru melakukan kesalahan karena ada pengaruh buruk dari lingkungan sekitarnya. Kondisi lingkungan rumah dan pengaruh kurang baik dari guru lain dapat mendorong seorang guru untuk berbuat kesalahan.selain itu Pengaruh budaya barat serta pergaulan dengan teman sebayanya yang sering mempengaruhinya untuk mencoba dan akhirnya malah terjerumus ke dalamnya. Lingkungan adalah faktor yang paling mempengaruhi perilaku dan watak remaja. Jika dia hidup dan berkembang di lingkungan yang buruk, moralnya pun akan seperti itu adanya. Sebaliknya jika ia berada di lingkungan yang baik maka ia akan menjadi baik pula. 
4.      Hilangnya kejujuran
Berdasarkan laporan hasil investigasi sebuah lembaga survei dinyatakan bahwa korupsi menyebar merata di wilayah negara ini, dari Aceh hingga Papua. Karena itu dari tahun ke tahun posisi Indonesia sebagai negara terkorup selalu menduduki peringkat 10 besar dunia dalam indeks persepsi korupsi (CPI) menurut data dari Transperenscy International. 
5.      Hilangnya Rasa Tanggung Jawab
Sebelum bendungan Situ Gintung jebol, Kompas 28 Juli 2008 memberitakan bahwa sebanyak 50 bendungan dari total 106 dinyatakan rusak. Rusaknya infrastruktur pengairan ini menurut penelitian disebabkan perawatan operasional bangunan yang kurang memadai. Masalah seperti ini terjadi juga pada infrastruktur lainnya seperti banyaknya gedung yang hampir roboh. Kasus lain adalah rusaknya beberapa ruas rel kereta api yang diakibatkan besi baja rel kereta diambil oleh oknum. Berita-berita tersebut merupakan cermin bahwa telah terjadi penurunan moral tanggung jawab di masyarakat yang dapat berakibat fatal bagi keselamatan masyarakat. 
6.      Tidak Berpikir Jauh ke Depan
Eksploitasi alam adalah salah satu bentuk dari produk berpikir jangka pendek. Sebagai contoh, pembalakan hutan mencapai 0,6-1,3 juta ha/tahun (Abdoellah, 1999), bahkan angka tersebut diperkirakan telah melonjak menjadi 1,3–2 juta ha/tahun (KMNLH, 2002). Akibat dari berbagai eksploitasi alam telah menimbulkan berbagai bencana. Dalam kurun waktu 2006-2007 bencana ekologis (banjir, longsor, gagal panen, gagal tanam, kebakaran hutan) tercatat 840 kejadian bencana. 
7.      Rendahnya Disiplin
Pada Sabtu, 9 Februari 2008 Suara Karya memberitakan bahwa ribuan pegawai negeri sipil (PNS) di DKI Jakarta dan berbagai daerah nekat tidak masuk kerja alias mangkir pada hari pascalibur Imlek 2559 (8/2). Kasus mangkir, selalu terjadi setiap hari kejepit atau pascalibur (cuti) nasional. Disebutkan bahwa meski ada aturan PP No.30/1980 yang menyatakan bahwa ada tiga tingkatan pemberian sanksi kepada PNS dari mulai hukuman disiplin ringan, sedang, dan berat, namun budaya mangkir ini masih kental di kalangan pegawai negeri. Hal ini merupakan cermin karakter bangsa yang mengabaikan budaya disiplin. 
8.      Krisis Kerjasama
Terjadinya perpecahan dan benturan di antara komponen masyarakat menunjukkan bahwa bangsa ini sedang mengalami krisis persatuan dan melunturnya budaya kerjasama. Demikian juga dengan jumlah kasus tawuran di antara mahasiswa dan pelajar yang cenderung meningkat. 
9.      Krisis Keadilan
Partnership for Governance Reform pada 2002 menempatkan lembaga peradilan di Indonesia menempati peringkat lembaga terkorup menurut persepsi masyarakat. Hal tersebut diperkuat dengan laporan Komisi Ombudsman Nasional (KON) tahun 2002, bahwa berdasarkan pengaduan masyarakat menyebutkan penyimpangan di lembaga peradilan menempati urutan tertinggi. 
10.  Krisis Kepedulian
Media massa beberapa waktu yang lalu melaporkan adanya beberapa warga masyarakat yang meninggal akibat kelaparan. Berita ini menunjukan bahwa kepedulian juga telah menipis dalam kehidupan masyarakat. Jika kita melihat potret kehidupan bangsa saat ini, maka jelas terlihat bahwa masalah moral sesungguhnya merupakan hal yang tidak kalah penting dibanding masalah ekonomi. Jika hal itu dibiarkan, akan mengancam masa depan bangsa. Namun sayang, masalah moral ini kerap terpinggirkan dari agenda dan rencana para calon pemimpin bangsa. [3]

C.           Solusi Mengatasi Penyakit Moral 
Dahulu bangsa Indonesia dikenal karena moral rakyatnya yang berbudi pekerti luhur, santun dan beragama. Sayang citra baik ini tidak di jaga. Perlu diingat modal kemajuan suatu bangsa sangat didukung generasi yang cerdas, bijak dan bermoral. Namun akhir-akhir ini, gejala kemerosotan moral benar-benar mengkhawatirkan. Masalah ini bukan hanya menimpa kalangan orang dewasa dalam berbagai jabatan dan profesinya, melainkan juga telah menimpa kalangan pelajar yang diharapkan dapat melanjutkan perjuangan bangsa. Masalah-masalah moral pun telah menjadi persoalan yang banyak menyita perhatian dari banyak kalangan, terutama dari pendidik, alim ulama, tokoh masyarakat, dan orang tua. Meskipun telah banyak usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah moral, namun hasilnya masih belum menggembirakan. Kita patut prihatin atas kondisi moralitas bangsa ini. Betapa tidak, moralitas, sebagai hasil dari pendidikan, ternyata tidak bisa disebut membanggakan. Moralitas yang ada justru sangat jauh dari nilai-nilai normatif yang selama ini dijunjung tinggi. Semua itu sungguh sangat disayangkan dan telah mencoreng kredibilitas dunia pendidikan. Para pelajar yang seharusnya menunjukkan akhlak yang baik, justru malah menunjukkan tingkah laku yang buruk. Untuk mengatasi berbagai kerusakan moral yang terjadi di masyarakat maka solusi yang untuk menanggapi masalah tersebut adalah sebagai berikut:
1.       Untuk menghindari salah pergaulan, kita harus pandai memilah dan memilih teman dekat. Karena pergaulan akan sangat berpengaruh terhadap etika, moral, dan akhlak. Karena kepribadian manusia akan terpengaruhi dari pergaulan itu sendiri. Apabila seseorang bergaul di lingkungan yang baik,maka ia akan timbul kepribadian yang baik juga. Dan apabila seseorang bergaul pada kondisi lingkungan yang kurang baik,maka akan timbul kepribadian yang kurang baik juga.
2.       Peran orang tua sangat penting dalam pembentukan karakter seseorang, terutama dalam mengenalkan pendidikan agama sejak dini. Perhatian dari orang tua juga sangat penting. Karena pada banyak kasus, kurangnya perhatian orang tua dapat menyebabkan dampak buruk pada sikap anak. Seperti halnya karena kurangnya perhatian orang tua,seseorang akan cenderung melampiaskan amarahnya pada orang lain dengan tindakan yang tidak wajar dilakukan oleh kaum muda.
3.       Memperluas wawasan dan pengetahuan akan sangat berguna untuk menyaring pengaruh buruk dari lingkungan, misalnya kebiasaan merokok. Orang-orang menganggap bahwa merokok meningkatkan kepercayaan diri dalam pergaulan. Padahal jika dilihat dari sisi kesehatan, merokok dapat menyebabkan banyak penyakit, baik pada perokok aktif maupun pasif. Sehingga kebiasaan ini tidak hanya akan mempengaruhi dirinya sendiri, melainkan juga orang-orang di sekelilingnya.
4.       Meningkatkan iman dan takwa dengan cara bersyukur, bersabar, dan beramal sholeh. Dengan kita mendektkan diri kepada Allah,rajin beribadah,beramal shaleh,tentu akan membuat kita terhindarkan dari perbuatan yang tidak sesuai di jalan Allah. Seperti halnya dalam surat Al-Qalam ayat 4 “ Sesungguhnya engkau ( Muhammad ) berada pada landasan akhlak yang agung.” Sebaiknya,kita sebagai manusia yang telah diberi akal dan fikiran oleh sang maha kuasa harus dimanfaatkan secara optimal. Kita harus berfikir cerdas tentang bagaimana cara mengaplikasikan sesuatu hal agar dapat menimbulkan efek yang baik bagi kita. Terutama dalam memilih hal yang kita sukai seperti halnya trend masa kini,idola,dan lain sebagainya. 
5.       Adanya mata kuliah Pendidikan moral dan Pengembangan karakter salah satunya Pendidikan Kewarganegaraan yang didikuti mahasiswa untuk menanamkan pada diri masing-masing akan pentingnya pendidikan karakter untuk memperbaiki moral bangsa. Lalu pendidikan agama yang didalamnya terdapat berbagai pendekatan untuk menuju moral yang lebih baik serta memperteguh penanaman nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. 
6.       Mampu memanfaatkan Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebaik-baiknya.[4]



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Penyakit Moral adalah serangkaian perilaku manusia yang telah menyimpang dari koridor fitrah yang murni, bersih, dan suci dari apa yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.
2.      Adapun Faktor-faktor yang ditimbulkan dari penyakit moral dalam pandangan Psikologi Islam manusia tidak dapat membedakan mana yang baik dan buruk sehingga seseorang lebih mementingkan masalah duniawi saja.
3.      Cara mengatasi Penyakit Moral adalah hidup secara islami, meningkatkan kualitas pribadi hingga mendekati citra ideal, mengutamakan pendidikan moral, mental, dan spiritual tauhid, mencurahkan fungsi fitrah indrawi, fitrah rasio maupun fitrah qolbu, dan lain-lain.



DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Gymnastiar, Aku Bisa! MQ untuk Melejitkan Potensi, MQS Publishing, Bandung, 2004
Amir Said Azzairi, Manajemen Kalbu Kiat Sufi Menghentikan Kemaksiatan, Mitra Pustaka,Yogyakarta, 2002
Hamdani Bakhran Adz-Dzaky,Konseling dan Psikoterapi Islam,Fajar Pustaka Baru,Yogyakarta, 2002
Rifaat Syauqi Nawawi, dkk, Metodologi Psikologi Islami, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2000




[1]. Amir Said Azzairi, Manajemen Kalbu Kiat Sufi Menghentikan Kemaksiatan, Mitra Pustaka, Yogyakarta, 2002, hal 208-209
[2] . Hamdani Bakhran Adz-Dzaky,Konseling dan Psikoterapi Islam,Fajar Pustaka Baru,Yogyakarta, 2002, hal 342-344
[3] Abdullah Gymnastiar, Aku Bisa! MQ untuk Melejitkan Potensi, MQS Publishing, Bandung, 2004, hal  9-11
[4] . Rifaat Syauqi Nawawi, dkk, Metodologi Psikologi Islami, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2000, hal 191-193

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Psikopatologi dalam Psikologi Islam"

Post a Comment

Silahkan komentar dengan baik