Pembagian Kalam Dalam Ilmu Nahwu


Pembagian Kalam Dalam Ilmu Nahwu

Pembagian Kalam – Bagian Kalam, Tahukah kalian apa yang dimaksud kalam? Kalam Dalam Ilmu Nahwu seperti kalimat dalam Bahasa Indonesia. Definisi lengkapnya adalah Lafadz yang tersusun, berfaedah dan secara disengaja. Jika kita ingin membentuk suatu kalam dalam bahasa arab maka kita harus tahu Pembagian Kalam. Dalam hal ini, Pembagian Kalam Dalam Nahwu ada tiga yaitu :

1. Isim, yaitu kalimat yang mempunyai makna tanpa disertai waktu. Dalam Bahasa Indonesia disebut dengan kata benda. Contoh : زيد, مسجد. Kalimat Isim bisa terbentuk dari nama seseorang, tempat, benda dan lain-lain yang mempunyai bentuk benda yang dapat dilihat. Pembagian Kalam yang ini (Isim) mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a.       Bisa dimasuki tanwin. Contoh : زيدٌ
b.      Bisa dimasuki huruf jer. Contoh : من المسجد
c.       Bisa dimasuki i’rob jer. Contoh : الرحمنِ
d.      Bisa dimasukin al. Contoh : المسجد

2. Fi’il, yaitu kalimat yang mempunyai makna dan disertai dengan waktu. Dalam Bahasa Indonesia disebut dengan kata kerja. Contoh : ضَرَبَ (artinya sudah memukul), جَلَسَ (artinya sudah duduk). Kedua contoh ini selain mempunyai makna juga mempunyai waktu kapan terjadinya suatu pekerjaan tersebut, misalnya sudah terjadi, akan terjadi atau sedang terjadi. Berbeda dengan Isim yang hanya mempunyai arti saja dan tidak dapat disertai waktu. Pembagian Kalam yang berupa Kalimat Fi’il dibagi menjadi 3, yaitu :
a.       Fiil Madhi, yaitu kalimah Fiil yang menunjukkan makna dan disertai dengan zaman Madhi (telah terjadi, masa lampau). Fiil ini harus dimabnikan fathah selama-lamanya. Contoh : قَامَ (sudah berdiri)
b.      Fiil Mudhori, yaitu kalimah fiil yang menunjukkan zaman / masa yang sedang atau akan terjadi. Fiil ini diawali dengan salah satu dari huruf alif, nun, ya’ dan ta’. Contoh : أَضْرِبُ (saya akan / sedang memukul), نَضْرِبُ (kami akan / sedang memukul), يَضْرِبُ (dia akan / sedang memukul) dan تضْرِبُ (kamu akan / sedang memukul).
c.       Fiil Amar, yaitu fiil yang menunjukkan makna perintah. Contoh : Idhrib (pukullah). Fiil amr menunjukkan dua zaman pada kondisi yang sama dipandang dari sisi yang berbeda, yaitu zaman khal (sekarang) dan istiqbal (akan). Artinya kata Idhrib dipandang dari perkataan orang yang memerintah maka zamannya khal dan dipandang dari mengerjakannya orang yang diperintah maka zamannya istiqbal. Saya memerintah zaid memukul, kemudian saya mengucapkan kata perintah memukul pada kondisi seketika (sekarang), setelah saya mengucapkan baru zaid melakukan pukulan (akan / istiqbal).
            Adapun ciri-ciri kalimat fiil adalah sebagai berikut :
            1. Bisa kemasukan قد contoh : قد قام, قد يقوم
            2. Bisa kemasukan sien dan saufa. contoh : سيقوم, سوف تعلمون
            3. Bisa kemasukan ta' ta'nits sakinah. contoh :   ضربتْ
            
            Keterangan : ciri yang pertama bisa masuk pada fiil madhi dan mudhori, ciri yang kedua hanya     
                                 masuk pada fiil mudhori dan ciri yang ketiga hanya bisa masuk pada fiil madhi

3. Bagian Kalam yang ketiga adalah Huruf, yaitu kalimah yang bisa menunjukkan makna bila digabung dengan kalimat lain. Dalam Bahasa Indonesia dinamakan kata hubung. Contoh : مِنْ (maknanya dari), هَلْ (maknanya apakah). Kedua kalimat ini dapat dipahami dan memunculkan makna jika digabung dengan kalimat lain. Contoh : مِنْ مَسْجِدٍ (dimulai dari masjid), هَلْ زَيْدٌ قَائِمٌ (apakah zaid berdiri?)

Pembahasan Pembagian Kalam Dalam Ilmu Nahwu ini semoga dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya, sebagai sarana untuk mendalami kajian bahasa arab, sehingga dapat mempermudah memahami bahasa-bahasa arab yang lain terkhusus al-Qur’an dan al-Hadis.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pembagian Kalam Dalam Ilmu Nahwu"

Post a Comment

Silahkan komentar dengan baik