Sistem Pendidikan Islam

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Dikalangan masyarakat manusia yang berbudaya masyarakat modern, sistem dan metode pendidikan yang digunakan setaraf dengan kebutuhan atau tuntutan aspirasinya. Sistem dan metode tersebut diorientasikan kepada efektivitas dan efesiensi. Pada masyarakat primitive mempergunakan sistem dan cara sederhana sesuai dengan tingkat pengetahuan mereka. Sistem mereka menitik beratkan pada pemenuhan kebutuhan hidupnya sehari-hari, tanpa antisipasi orientasi ke masa depan dan tanpa memikirkan efektivitas dan efesiensi.
Sedangkan pada masyarakat yang telah menduduki tingkat hidup post-industrial, seperti masyarakat di beberapa Negara Barat atau di Negara Timur seperti Jepang. Proses pendidikan mereka dilaksanakan dalam sistem organisasi kelembagaan yang dikelola secara efektif dan efesien kearah tujuan yang ditetapkan. Orientasinya diarahkan kepada pengembangan ilmu dan teknologi canggih.
Islam sebagai agama wahyu, menuntut umat manusia yang berakal sehat walafiat untuk berusaha keras mendapatkan kesehteraan hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat sesuai dengan petunjuk wahyu Tuhan. Agama islam yang ajarannya berorientasi kepada kesejahteraan duniawi-ukhrawi sebagai kesinambungan tujuan hidup manusia, meletakkan iman dan takwa kepada Allah SWT sebagai landasan kehidupan umat manusia.
Salah satu sarana yang efektif untuk membina dan mengembangkan manusia dalam masyarakat adalah pendidikan yang teratur, berdaya guna dan berhasil guna. Pendidikan islam di negeri kita perlu diorganisasikan atau dikelola secara rapi, efektif, dan efesien melalui sistem dan metode yang tepat.
B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud sistem dan  pendidikan islam?
2.      Apa saja Komponen-komponen pendidikan beserta penjabarannya?
BAB II
PEMBAHASAN

A.       Sistem Pendidikan Islam
1.          Definisi Sistem
Sistem berasal dari bahasa Yunani “sistema” yang berarti suatu keseluruhan yang tersusun dari banyak bagian (whole compounded of several parts).([1]) Di antara bagian-bagian itu terdapat hubungan yang berlangsung secara teratur. Definisi sistem yang lain dikemukakan Anas Sudjana yang mengutip pendapat Johnson, Kost dan Rosenzweg sebagai berikut “Suatu sistem adalah suatu kebulatan/keseluruhan yang kompleks atau terorganisir; suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu kebulatan/keseluruhan yang kompleks.”([2]) Menurut Campbel menyatakan bahwa sistem itu merupakan himpunan komponen atau bagian yang saling berkaitan yang bersama-sama berfungsi untuk mencapai suatu tujuan.
Dalam surat Luqman ayat 13, yang berbunyi :
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لاِبْنِهِ وَهُوَيَعِظُهُ يَابُنَيَّ لاَتُشْرِكْ بِاللهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ (13)
Artinya : Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia member pelajaran (mendidik) anaknya, “Hai anakku, janganlah kamu menyekutukan Allah, sesungguhnya menyekutukan Allah benar-benar kedzaliman yang besar.” (QS. Luqman : 13)
Ayat ini manakala dipelajari dan didalami, ternyata ada unsur pendidikan dalam keluarga. Di dalamnya terdapat suatu sistem yang mengandung beberapa komponen, seperti komponen ayah sebagai pendidik (Luqman), komponen anak sebagai peserta didik (anak luqman), komponen metode (secara lemah lembut, walau isinya larangan), komponen tujuan (mentauhidkan Allah), komponen materi (pesan yang disampaikan luqman),  komponen situasi dan kondisi (proses pendidikan dan lingkungan) ([3])
2.          Definisi Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. ([4])
3.          Definisi Pendidikan dalam Pandangan Islam (Pendidikan Islam)
Dalam Islam, istilah pendidikan diyakini berasal dari bahasa Arab yaitu tarbiyah yang berbeda dengan kata ta’lîm yang berarti pengajaran atau teaching dalam bahasa Inggris. Kedua istilah (tarbiyah dan ta’lîm) berbeda pula dengan istilah ta’dib yang berarti pembentukan tindakan atau tatakrama yang sasarannya manusia.([5]) Walaupun belum ada kesepakatan di antara para ahli, dalam kajian ini yang dimaksud pendidikan Islam adalah al-tarbiyah, istilah bahasa Arab yang menurut penulis dapat meliputi kedua istilah di atas. Hal yang sama dikemukakan oleh Azyumardi Azra bahwa pendidikan dengan seluruh totalitasnya dalam konteks Islam inhern dalam konotasi istilah tarbiyah, ta’lîm dan ta’dîb yang harus dipahami secara bersama-sama.([6])
Dari pemaparan diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa pendidikan Islam berarti usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan sarana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan negara sesuai dengan ajaran Islam.([7]) Rumusan ini sesuai dengan pendapat Endang Saefudin Anshari yang dikutip Azra bahwa pendidikan Islam adalah proses bimbingan oleh pendidik terhadap perkembangan fisik dan psikis siswa dengan bahan-bahan materi tertentu dengan metoda tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke arah terciptanya pribadi tertentu sesuai dengan ajaran Islam.([8])
Berdasarkan uraian di atas, yang dimaksud sistem pendidikan sebagai sistem pendidikan Islam yaitu suatu kesatuan komponen yang terdiri dari unsur-unsur pendidikan yang bekerja sama untuk mencapai tujuan sesuai dengan ajaran Islam.
4.          Komponen Sistem Pendidikan
Dari beberapa sumber yang dipelajari, dapat disimpulkan bahwa terdapat 6 komponen pendidikan yang digunakan dalam acuan penelitian ini yaitu : 1. Tujuan, 2. Siswa, 3. Pendidik, 4. Isi/materi, 5. Situasi lingkungan dan 6. Alat pendidikan([9]).
Maka untuk menghasilkan output dari sistem pendidikan yang bermutu, hal yang paling penting adalah bagaimana membuat semua komponen yang dimaksud berjalan dengan baik. Yang mana pendidik, siswa, materi pendidikan, alat pendidikan dan lingkungan pendidikan semuanya satu langkah menuju pencapaian tujuan pendidikan itu([10]).


1)         Komponen Tujuan
Tujuan pendidikan  berfungsi sebagai arah yang ingin dituju dalam aktivitas pendidikan. Dengan adanya tujuan yang jelas, maka komponen-komponen pendidikan yang lain serta aktivitasnya senantiasa berpedoman kepada tujuan, sehingga efektivitas proses pendidikannya selalu diukur apakah dapat mencapai tujuan atau tidak. Dalam praktek pendidikan, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat luas, banyak tujuan pendidikan yang diinginkan oleh pendidik agar dapat dicapai oleh siswa.
Tujuan pendidikan nasional adalah tujuan pendidikan yang menjadi acuan tertinggi di Negara Indonesia apapun bentuk dan tingkatan pendidikannya. Tujuan pendidikan nasional tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 Tahun 2003. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Dalam perspektif Islam, sebagaimana yang dikemukakan oleh Yusuf Amir Faisal, tujuan pendidikan Islam pada hakekatnya sama dengan tujuan diturunkannya agama Islam yaitu untuk membentuk manusia yang bertakwa (muttaqîn).([11]) Selanjutnya Faisal merinci manusia yang bertakwa itu adalah yang:
a.       Dapat melaksanakan ibadah mahdhoh dan ghair mahdhoh,
b.      Membentuk warga Negara yang bertanggungjawab kepada masyarakatnya, bangsanya, dalam rangka bertanggung jawab kepada Allah.
c.       Membentuk dan mengembangkan tenaga profesional yang siap dan terampil untuk memasuki teknostruktur masyarakatnya.
d.      Mengembangkan tenaga ahli di bidang ilmu agama Islam.
2)         Komponen Pendidik
Pendidik adalah anggota masyarakat yang bertugas dan mempunyai peran penting untuk membimbing, mengajar, dan atau melatih peserta didik. Selain itu, pendidik juga berperan sebagai pemberi nasehat dan teladan bagi anak didiknya.([12]) Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik sebagai pendidik dan memenuhi beberapa kompetensi sebagai pendidik. Pendidik juga harus mempertahankan penampilannya sebagai orang terbaik di mata anak didiknya. Abdulloh Nasikh Ulwan mensyaratkan bagi setiap pendidik mempunyai sifat-sifat asasi, yaitu : ikhlas, bertakwa, berilmu,bersikap dan berperilaku santun, dan memiliki rasa tanggung jawab.([13])
Kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah atau sertifikat keahlian yang relevan. Sedangkan kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak pada usia dini meliputi, (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi profesional, (4) kompetensi sosial.([14])


3)         Komponen Siswa / Anak didik.
Siswa / Anak didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan dan secara aktif berkiprah atau meraih tujuan hidupnya. Dalam pendidikan tradisional, siswa dipandang sebagai organisme yang pasif, hanya menerima informasi dari orang dewasa. Dia berpotensi untuk mengembangkan jalan fujur atau jalan taqwa. Kini makin cepatnya perubahan sosial, dan berkat penemuan teknologi maka komunikasi antar manusia berkembang amat cepat. Siswa di samping sebagai objek pendidikan, ia juga sebagai subjek pendidikan, karena sumber belajar bukan hanya guru, tapi siswa juga dapat menjadi sumber belajar terutama dalam pembelajaran aktif. Sebagai salah satu input di lembaga pendidikan juga sebagai komponen yang turut menentukan keberhasilan sistem pendidikan.
4)         Komponen Materi/isi Pendidikan
Materi/isi pendidikan adalah segala sesuatu pesan yang disampaikan oleh pendidik kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan([15]). Dalam usaha pendidikan yang diselenggarakan di keluarga, sekolah, dan  masyarakat, terdapat syarat utama dalam pemilihan beban/materi pendidikan, yaitu: (a) materi harus sesuai dengan tujuan pendidikan, (b) materi harus sesuai dengan kebutuhan siswa.([16])
Abdulloh Nashih Ulwan menekankan pada materi pendidikan yang bersifat mendasar dan universal untuk mewujudkan generasi yang kokoh iman dan islamnya. Materi-materi pendidikan tersebut adalah pendidikan iman, akhlak, fisik, intelektual, psikis, social dan seksual([17]).
5)         Komponen Lingkungan Pendidikan
Lingkungan Pendidikan adalah suatu ruang dan waktu yang mendukung kegiatan pendidikan. Proses pendidikan berada dalam suatu lingkungan, baik lingkungan tersebut menunjang atau menghambat proses pencaoain tujuan pendidikan. Lingkungan yang mempengaruhi proses pendidikan tersebut, yaiu([18]) :
1.      Lingkungan sosial, yang terdiri atas :
a.       Lingkungan  keluarga,
b.      Lingkungan sekolah atau lembaga pendidikan,
c.       lingkungan masyarakat.
2.      Lingkungan Keagamaan, yaitu nilai-nilai agama yang hidup dan berkembang di sekitar lembaga pendidikan
3.      Lingkungan budaya, yaitu nilai-nilai budaya yang hidup dan berkembang di sekitar lembaga pendidikan.
4.      Lingkungan alam, baik keadaan iklim maupun geografisnya.
Siswa dengan berbagai potensinya akan berkembang maksimal jika berada dalam sebuah lingkungan yang kondusif. Sesuai dengan pendapat A. Noerhadi Djamal bahwa lingkungan berpengaruh besar dan menentukan terhadap kelangsungan berkembangnya potensi diri siswa.([19])
Situasi lingkungan mempengaruhi proses dan hasil pendidikan. Situasi lingkungan ini meliputi lingkungan fisik, lingkungan teknis dan lingkungan sosio-kultural. Dalam hal-hal di mana situasi lingkungan ini berpengaruh secara negatif terhadap pendidikan, maka lingkungan itu juga menjadi pembatas pendidikan.([20]) Indikator lingkungan pendidikan adalah sebagai berikut interaksi pelaku, iklim organisasi, dan hubungan antara madrasah dengan masyarakat.
6)         Komponen Alat Pendidikan
Alat pendidikan adalah pendukung dan penunjang pelaksanaan pendidikan yang berfungsi sebagai perantara pada saat menyampaikan materi pendidikan, oleh pendidik kepada siswa dalam mencapai tujuan pendidikan. Peristiwa pendidikan ditandai dengan adanya interaksi edukatif. Agar interaksi dapat berlangsung secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan, maka di samping dibutuhkan pemilihan bahan materi pendidikan yang tepat, perlu dipilih metode yang tepat pula. Metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Untuk menentukan apakah sebuah metode dapat disebut baik diperlukan patokan (kriterium) yang bersumber pada beberapa faktor. Faktor utama yang menentukan adalah tujuan yang akan dicapai.([21])
Dalam prakteknya ada dua macam alat pendidikan, yaitu :
1.      Alat Fisik berupa segala sesuatu perlengkapan pendidikan, yakni sarana dan fasilitas dalam bentuk konkret, seperti bangunan, alat-alat tulis dan baca dan sebagainya
2.      Alat non fisik, berupa kurikulum, pendekatan, metode dan tindakan yang berupa hadiah dan hukuman serta teladan yang baik bagi peserta didik.


B.       Critical Thinkhing
Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan anak bangsa. Selain itu, juga membentuk karakter anak didik supaya menjadi generasi yang berakhlakul karimah. Pendidikan merupakan rangkaian usaha untuk membimbing , mengarahkan potensi manusia, berupa kemampuan dasar dan kemampuan belajar, sehingga terjadilah perubahan di dalam kehidupan pribadinya sebagai makhluk individual dan sosial. Oleh sebab itu, pendidikan bukan sesuatu yang mudah dengan sekali sulap menjadikan anak didik sebagai insan yang kamil, akan tetapi melalui proses dan harus dilakukan secara terstruktur dan sistematis, dalam arti harus mempunyai komponen-komponen yang bisa menyampaikan peserta didik kepada tujuan pendidikan. Namun menurut kami, sebagian komponen tersebut bukanlah harga mati untuk mensukseskan suatu pendidikan, akan tetapi sebuah sarana untuk mempermudah proses pendidikan. Kita lihat kembali pada zaman dahulu, komponen pendidikan hanya sekedar dengan tiga hal, yaitu : pendidik, peserta didik dan materi pendidikan. Walaupun seperti itu banyak orang yang sukses melalui pendidikan yang tradisional. Ilmu bukanlah dihasilkan dengan sesuatu yang konkret saja seperti alat-alat eloktronik yang semakin canggih, akan tetapi hal yang abstrak pun dipertimbangkan dalam meraih ilmu seperti : menjauhi maksiat, bentuk penghormatan pada guru dan kitab dll.









BAB III
PENUTUP

A.      KESIMPULAN
Sistem adalah suatu keseluruhan yang terdiri dari komponen-komponen yang masing-masing bekerja sendiri dalam fungsinya yang berkaitan dengan fungsi dari komponen lainnya yang secara terpadu bergerak menuju ke arah satu tujuan yang telah ditetapkan.
1)         Komponen Tujuan
Tujuan pendidikan  berfungsi sebagai arah yang ingin dituju dalam aktivitas pendidikan.
2)         Komponen Pendidik
Pendidik adalah anggota masyarakat yang bertugas dan mempunyai peran penting untuk membimbing, mengajar, dan atau melatih peserta didik.
3)         Komponen Siswa / Anak didik.
Siswa / Anak didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan dan secara aktif berkiprah atau meraih tujuan hidupnya.
4)         Komponen Materi/isi Pendidikan
Materi/isi pendidikan adalah segala sesuatu pesan yang disampaikan oleh pendidik kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
5)         Komponen Lingkungan Pendidikan
Lingkungan Pendidikan adalah suatu ruang dan waktu yang mendukung kegiatan pendidikan.
6)         Komponen Alat Pendidikan
Alat pendidikan adalah pendukung dan penunjang pelaksanaan pendidikan yang berfungsi sebagai perantara pada saat menyampaikan materi pendidikan, oleh pendidik kepada siswa dalam mencapai tujuan pendidikan. Peristiwa pendidikan ditandai dengan adanya interaksi edukatif.
DAFTAR PUSTAKA

Amirin Tatang, Pengantar Sistem, Jakarta: Rajawali Press, 1886.
Sudjana Anas, Pengantar Administrasi Pendidikan Sebagai suatu Sistem, Bandung: Rosda Karya, 1997.
 Abdussalam Suroso, Sistem Pendidikan Islam, Bogor: Sukses Publishing, 2011.
Karim Rusli, Pendidikan Islam antara Fakta dan Cita, Yogyakarta:Tiara Wacana,1991.
Barnadib Imam, Sistem Pendidikan Nasional Menurut Konsep Islam dalam ”Islam dan Pendidikan Nasional”, Jakarta: Lembaga Penelitian IAIN, 1983.
Azra Azyumardi, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Melenium Baru, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999
Sutarman Tatang, Ilmu Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2012
Faisal Yusuf Amir, Reorientasi Pendidikan Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 1995
Kholiq Abdul dkk, Pemikiran Pendidikan Islam, Semarang :  Pustaka Pelajar, 1999.
Djamal A Nurhadi, ”Ilmu Pendidikan Islam Suatu Telaah Reflektif Qur’an” dalam Tafsir Ahmad, Epistimologi Untuk Ilmu Pendidikan Islam , Bandung :  Fakultas Tarbiyah IAIN SGD, 1995.
Sutarman Tatang, Ilmu Pendidikan, Bandung : Pustaka Setia, 2012


(1) Tatang Amirin, Pengantar Sistem, Jakarta: Rajawali Press, 1886. Hal : 11
([2]) Anas Sudjana, Pengantar Administrasi Pendidikan Sebagai suatu Sistem, Bandung: Rosda Karya, 1997.
(3) Suroso Abdussalam, Sistem Pendidikan Islam, Bogor: Sukses Publishing, 2011. Hal : 66
(4) Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003.
([5]) Rusli Karim, Pendidikan Islam antara Fakta dan Cita, Yogyakarta:Tiara Wacana,1991. Hal : 67
([6]) Ibid, h. 68
([7]) Imam Barnadib, Sistem Pendidikan Nasional Menurut Konsep Islam dalam ”Islam dan Pendidikan Nasional”, Jakarta: Lembaga Penelitian IAIN, 1983. Hal : 135-136
([8]) Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Melenium Baru, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999. Hal: 65
([9]) Tatang Sutarman, Ilmu Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2012. Hal : 218.
([10]) Ibid, hal : 218

([11]) Yusuf Amir Faisal, Reorientasi Pendidikan Islam (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), h. 96
([12]) Abdul Kholiq dkk, Pemikiran Pendidikan Islam, Semarang : Pustaka Pelajar, 1999.hal : 56
([13])  Ibid, hal : 56.
([14]) PP No. 19 TAHUN 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan (Jakarta: PT. Bina Aksara, 2004), h. 21
([15])  Tatang Sutarman, Ilmu Pendidikan, Bandung : Pustaka Setia, 2012.  hal : 222.
([16]) Djohar, Evaluasi atas Arah Pendidikan dan Pemikiran Fungsionalisasi Pendidikan Indonesia untuk Masa Depan Pendidikan yang Lebih Baik (Jakarta: Yayasan Fase Baru Indonesia, 25 Oktober 1999), h. 7
([17]) Abdul Kholiq dkk, Pemikiran Pendidikan Islam, Semarang :  Pustaka Pelajar, 1999. Hal : 62
([18]) Tatang Sutarman, Ilmu Pendidikan, Bandung : Pustaka Setia, 2012. Hal : 224
([19]) A Nurhadi Djamal, ”Ilmu Pendidikan Islam Suatu Telaah Reflektif Qur’an” dalam Ahmad Tafsir Epistimologi Untuk Ilmu Pendidikan Islam (Bandung:  Fakultas Tarbiyah IAIN SGD, 1995), h. 27
([20]) A. A. Navis, Pendidikan Dalam Membentuk Bangsa, h. 7
([21]) A. A. Navis, ”Pendidikan dalam Membentuk Bangsa” makalah  disampaikan dalam Diskusi Ahli tentang Pendidikan untuk Masa Depan Pendidikan yang Lebih Baik (Jakarta: Yayasan Fase Baru Indonesia, 25 Oktober 1999), h. 4

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Sistem Pendidikan Islam"

Post a Comment

Silahkan komentar dengan baik