Perkembangan Anak dalam pendidikan



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Perkembangan kognitif (intelektual) sebenarnya merupakan perkembangan pikiran. Pikiran anak Anda adalah bagian dari otaknya yang bertanggung jawab terhadap bahasa, pembentukan mental, pemahaman, penyelesaian masalah, pandangan, penilaian, pemahaman sebab akibat, serta ingatan.
Psikolog mengatakan Pengetahuan itu bukanlah salinan dari obyek dan juga bukan berbentuk kesadaran apriori yang sudah ditetapkan di dalam diri subyek, ia bentukan perseptual, oleh pertukaran antara organisme dan lingkungan dari sudut tinjauan biologi dan antara fikiran dan obyeknya menurut tinjauan kognitif.
Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya s
kema-skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan.
Selain mempunyai perkembangan kognisi, seseorang juga mengalami perkembangan bahasa dan perkembangan moral. Bahkan di era yang penung dengan globalisasi ini banya sekali pemuda yang berubah moralnya.
B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka timbul rumusan masalah, sebagai berikut :
a.        Apa yang dimaksud perkembangan?
b.      Bagaimana perkembangan kognitif pada anak?
c.       Bagaimana perkembangan bahasa pada anak?
d.      Bagaimana perkembangan dan kemunduran moral pada anak?


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Perkembangan
Perkembangan adalah serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Dalam proses perkembangan manusia, terdapat dua proses perkembangan yang saling berlawanan, yaitu pertumbuhan (evolusi) dan kemunduran (involusi)[1]. Perkembangan berarti terjadi proses kesinambungan, dan proses itu bersifat siklikal. Dalam arti, perkembangan itu memunculkan tanda-tanda akan berkembangnya kemampuan-kemampuan dan kemudian menghilang, dan kemampuan yang hilang itu akan muncul kembali pada usia berikutnya.
     Perubahan yang terjadi dalam proses perkembangan manusia itu bertujuan untuk memungkinkan seseorang menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Untuk mencapai tujuan itu, tindakan aktualisasi diri adalah sangat penting. Dengan tindakan tersebut manusia akan menjadi seperti yang diinginkan baik secara fisik maupun psikologis. Tindakan aktualisasi diri memegang peranan penting bagi kesehatan jiwa, sihingga agar seseorang berhasil untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, dia harus mempunyai kesempatan untuk mengungkapkan minat dan keinginannya dengan cara yang memuaskan bagi dirinya sendiri.
B.     Perbedaan antara Perkembangan dan Pertumbuhan
Banyak orang menggunakan pertumbuhan dan perkembangan secara bergantian. Akan tetapi dalam kenyataan kedua istilah tersebut berbeda. Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif, yaitu peningkatan ukuran dan struktur. Tidak saja seorang anak menjadi lebih besar secara fisik, tetapi ukuran organ dalam dan otak meningkat. Akibat adanya pertumbuhan otak, anak mempunyai kemampuan yang lebih besar dalam belajar, mengingat dan berpikir. Anak tumbuh baik secara mental dan fisik. Sebaliknya perkembangan berkaitan dengan perubahan secara kualitatif dan kuantitatif[2]. Ia dapat didefinisikan sebagai deretan progresif dari perubahan yang teratur dan koheren. Progresif dimaknai sebagai perubahan yang terarah dan koheren menunjuk adanya hubungan yang nyata antara perubahan yang terjadi dengan perubahan yang mendahului dan yang akan mengikutinya. Ada sebagian psikolog yang lebih setuju dengan istilah pertumbuhan adalah untuk menunjukkan bahwa ia lebih mengalami deferensiasi dan juga ia pada tingkatan yang lebih tinggi, lebih mengalami integrasi. Istilah pertumbuhan dimaksudkan bagi pertumbuhan dalam ukuran-ukuran badan dan fungsi-fungsi fisik, kemuduan istilah perkembangan dimaksudkan sebagai perubahan yang mencerminkan sifat-sifat yang khas mengenai gejala-gejala psikologis yang tampak.
C.    Perkembangan Kognitif
1.      Menurut Piaget
Perkembangan kognitif individu akan selalu berkaitan dengan intelegensi atau kecerdasan. “Intelegensi adalah kealihan dalam memecahkan masalah serta kemampuan untuk beradaptasi dan belajar dari pengalaman sehari-hari”. Piaget mempunyai empat konsep dalam menjelaskan perkembangan kognitif[3], yaitu :
a.       Skema
Skema menggambarkan tindakan mental dan fisik dalam mengetahui dan memahami objek. Skema merupaka kategori pengetahuan yang membantu seseorang dalam memahami dan menafsirkan dunianya. Skema meliputi kategori pengetahuan dan proses memperoleh pengetahuan. Dalam kehidupan seseorang, dia selalu mengalami sesuatu, dan informasi yang diperoleh melalui pengalamn itu kemudian digunakan untuk memodifikasi, menambahkan atau mengubah skema yang dimiliki sebelumnya.


b.      Asimilasi
Asimilasi adalah proses memasukkan informasi ke dalam skema yang telah dimiliki. Proses ini agak bersifat subjektif karena seseorang cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang agak atau sesuai dengan keyakinan yang dimiliki sebelumnya.
c.       Akomodasi
Akomodasi merupakan proses mengubah skema yang telah dimiliki dengan informasi baru. Akomodasi itu melibatkan kegiatan pengubahan skema atau gagasan yang telah dimiliki karena adanya informasi atau pengalaman baru. Skema baru itu terus dikembangkan selama dalam proses akomodasi.
d.      Ekuilibrium
Piaget percaya bahwa setiap anak mencoba memperoleh keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi dengan cara menerapkan mekanisme ekuilibrium. Anak mengalami kemajuan karena adanya perkembangan kognitif , maka penting untuk mempertahankan keseimbangan antara menerapkan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya (asimilasi) dan mengubah perilaku karena adanya pengetahuan baru (akomodasi).
            Dengan empat konsep tersebut, dapat dipahami bahwa kognisi anak dapat berkembang secara bertahap. Dengan mengetahui tahap-tahap perkembangan kognitif, maka dapat memudahkan guru dalam proses pembelajaran. Ada beberapa hal yang dapat dimanfaatkan guru untuk dasar pertimbangan saat pembelajaran :
a.       Ketika mengajar, hendaknya guru menyadari bahwa banyak siswa remaja yang belum dapat mencapai tahap berpikir operasional formal secara sempurna, kondisi ini menuntut konsekuensi pada penyusunan kurikulum, hendaknya tidak terlalu formal atau abstrak, karena hal ini justru akan mempersulit siswa.
b.      Kondisi pembelajaran diciptakan dengan nuansa eksplorasi dan penemuan, sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk mengembangkan minat belajarnya sesuai dengan kemampuan intelektualnya.
c.       Metode pembelajaran yang digunakan hendaknya lebih banyak mengarah pada konstruktivisme.
d.      Setiap akhir pembahasan siswa diminta untuk membuat map mind.
2.      Menurut Bruner
Jerome Bruner dalam perkembangan kognitif memperhitungkan enam hal :
a.       perkembangan intelektual ditandai oleh meningkatnya variasi respon terhadap stimulus. Anak yang pada mulanya berada dalam kendali stimulus, belajar membebaskan diri dari stimulus. Ketika anak itu memperoleh system bahasa, mereka belajar memediasi hubungan antara stimulus dan respon. Dengan mediasi itu anakmembedakan gratifikasi, memodifikasi respond an memiliki respon yang sama walaupun stimulusnya berbeda-beda.
b.      pertumbuhan tergantung pada perkembangan intelektual dan system pengolahan informasi yang dapat menggambarkan realita. Anak-anak yang tidak pernah dapat memprediksikan atau mengekstrapolasi hasil yang akan dicapai apabila mereka tidak belajar system symbol yang mencerminkan dunia. Oleh karena itu untuk memahami pengalaman yang ada diluar dirinya, anak memerlukan representasi mental tentang dunia di sekitarnya.
c.       perkembangan intelektual memerlukan peningkatan kecakapan untuk mengatakan pada dirinya dan orang lain, melalui kata-kata atau symbol, mengenai apa yang telah dikerjakandan apa yang akan dikerjakannya. Hal ini menjelaskan adanya kesadaran diri.
d.      interaksi antara guru dengan siswa adalah penting bagi perkembangan kognitif. Orang tua, guru dan masyarakat harus mendidik anak-anak. Kebudayaan yang ada di masyarakat tidak cukup mampu mengembangkan intelektualnya, sehingga guru harus menafsirkan dan berbagi kebudayaan dengan anak agar mereka mengalami perkembangan intelektual.
e.       bahasa menjadi kunci perkembangan kognitif. Setiap individu belajar menggunakan bahasa untuk memediasi peristiwa yang terjadi di dunia. Kemampuan berbahasa ini menjadi sarana untuk mengaitkan berbagai peristiwa dalam bentuk sebab akibat.
f.       Pertumbuhan kognitif ditandai oleh semakin meningkatnya kemampuan menyelesaikan berbagai alternatif secara simultan, melakukan berbagai kegiatan secara bersamaan, dan mengalokasikan perhatian secara runtut pada berbagai peristiwa tertentu.
Teori yang dikemukakan oleh bruner tersebut memiliki implikasi terhadap pembelajaran, yaitu :
a)      Anak memiliki cara berpikir yang berbeda dengan orang dewasa. Guru perlu memperlihatkan fenomena atau masalah kepada anak. Hal ini dapat dilakukan dengan kegiatan wawancara atau pengamatan.
b)      Anak, terutama pada PAUD dan SD kelas rendah, akan belajar dengan baik apabila mereka mampu memanipulasi obyek yang dipelajari
c)      Pengalaman baru yang berinteraksi dengan stryuktur kognitif dapat menarik minat dan mengembangkan pengetahuan anak. Oleh karena itu, pengalam yang baru dipelajari anak harus sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki anak.
3.      Menurut Vigotsky
Ada tiga konsep yang dikembangkan dalam teori Vygotsky, yaitu : (1) keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisisdan diinteroretasikan secara development (memahami fungsi kognitif anak dengan memeriksa asal usulnya dan transformasinya dari bentuk awal ke bentuk selanjutnya). (2) kemampuan kognitif dimediasi dengan kata, bahasa, dan bentuk diskursus yang berfungsi sebagai alat psikologis untuk membantu dan mentransformasi aktivitas mental. (3) kemampuan kognitif berasal dari relasi social dan dipengaruhi oleh latar belakang sosiokultural[4].
Vigotsky percaya bahwa kemampuan kognitif berasal dari hubungan social dan kebudayaan . oleh karena itu, perkembangan anak tidak bisa dipisahkan dari kegiatan social dan cultural. Dia percaya bahwa perkembangan memori, perhatian, dan nalar, melibatkan pembelajaran untuk menggunakan alat yang ada dalam masyarakat.
Dengan konsep tersebut, seorang guru akan lebih efektif memberikan pembelajaran sebagai berikut :
a.       sebelum mengajar, seorang guru hendaknya dapat memahami Zone Of Proximal Developmental (serangkain tugas yang terlalu sulit dikuasai anak secara sendirian, tetapi dapat dipelajari lewat bantuan orang dewasa atau teman lain yang mampu) siswa batas bawah, sehingga bermanfaat untuk menyusun struktur materi pembelajaran dan guru lebih akurat ketika menyusun strategi mengajarnya dan tidak melulu member bimbingan pada siswa.
b.      untuk mengembangkan pembelajaran yang berkomunitas, seorang guru perlu memanfaatkan tutor sebaya di dalam kelas.
c.       dalam pembelajaran, seorang guru hendaknya menggunakan teknik scaffolding dengan tujuan siswa dapat belajar atas inisiatifnya sendiri.

D.    Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa dalam psikolinguistik diartikan sebagai proses untuk memperoleh bahasa, menyusun tata bahasa dari ucapan-ucapan, memilih ukuran penilaian tata bahasa yang paling tepat dan paling sederhana dari bahasa tersebut. Perkembangan bahasa sebagai aspek universal berlangsung dalam suatu pola yang bertahap[5] sebagai berikut :
1.      Tahap Pralinguistik (0.3 – 1 tahun)
Pada tahap ini anak mengeluarkan bunyi ujaran dalam bentuk ocehan yang mempunyai fungsi komunikatif, anak mengeluarkan berbagai bunyi ujaran sebagai reaksi terhadap orang lain.
2.      Tahap Halofrastik (1 - 1.8 tahun)
Pada usia tersebut, anak mulai mengucapkan kata. Satu kata yang diucapkan harus dipandang sebagai kalimat penuh, mencakup aspek psikologis (intelektual emosional) dan visional. Anak yang mengatakan kursi dapat berarti “saya mau duduk di kursi, mama supaya duduk di kursi atau saya minta diambilkan kursi.
3.      Tahap Kalimat Dua Kata (1,8 – 2 tahun)
Misalnya anak mengucapkan “kucing papa” artinya itu kucing milik papa. Pada tahap ini, belum menggunakan imfleksi (kata kerja verbal).
4.      Tahap Perkembangan Tata Bahasa (2 – 5 tahun)
Pada tahap ini, anak mulai mengembangkan sejumlah sarana tata bahasa, panjang kalimat bertambah, walau bukan gejala utama, ucapan-ucapan yang dihasilkan semakin kompleks dan mulai menggunakan kata jamak dan tugas.
5.      Tahap Perkembangan Tata Bahasa Menjelang Dewasa (5 – 10 tahun)
Pada tahap ini, anak mulai mengembangkan struktur tata bahasa yang lebih rumit, melibatkan gabungan kalimat sederhana dengan komplementasi, relativasi dan konjungsi.
6.      Tahap Kompetensi Lengkap (11 tahun sampai dewasa)
Pada masa akhir kanak-kanak, perbendaharaan kata terus meningkat, gaya bahasa seseorang mengalami perubahan dan seseorang semakin lancar dan fasih dalam berkomunikasi dengan bahasa.
           Ada dua faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu :
a.       Faktor Biologis.
Setiap individu dibekali kemampuan kodrati atau alami yang memungkinkannya dapat menguasai bahasa. Potensi alami ini bekerja secara otomatis. Potensi yang terkandung dalam otak ini disebut piranti pemerolehan bahasa.
b.      Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan memberikan pengaruh pada perkwmbangan bahasa sebatas dengan kesempatan yang diberikan oleh lingkungan. Lingkungan yang kaya dengan bahasanya, akan memberikan kesempatan yang lebih besar bagi berkembangnya bahasa individu yang tinggal di dalam lingkungan tersebut.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa, diantaranya adalah :
a)      Mengupayakan lingkungan yang dapat memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi perkembangan bahasa secara optimal. Lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat perlu dikembangkan menjadi lingkungan yang dapat memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar, berlatih dan mengembangkan kemampuan bahasa. Kerja sama antara keluarga, sekolah dan masyarakat mutlak diperlukan dalam pengembangan bahasa.
b)      Pengenalan sejak dini terhadap lingkungan yang memiliki variasi kemampuan bahasa pada anak sangat diperlukan untuk memacu perkembangan bahasanya. Situasi yang menunjang perkembangan bahasa perlu diciptakan dan dikembangkan oleh orang tua dlam keluarganya, oleh guru di sekolah, dan oleh warga di masyarakatnyadukungan masyarakat dalam bentuk psikologis, sosial dan kultural sangat diperlukan dalam perkembangan bahasa anak dilingkungannya.
c)      Mengembangkan strategi untuk mempermudah penguasaan bahasa, antara lain : cara untuk memudahkan mengingat, meniru, mengalami langsung, bermain.
E.     Perkembangan Moral
Perkembangan moral seorang anak banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Anak memperoleh nilai-nilai moral dari lingkungannya, terutama orang tua. Dia belajar untuk mengenal nilai-nilai dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai tersebut[6]. Dalam mengembangkan moral anak, peran orang tua sangat penting terutama ketika anak masih kecil. Beberapa sikap orang tua yang perlu diperhatikan sehubungan dengan perkembangan moral anak sebagai berikut :
1.      Konsisten dalam mendidik anak
Ayah dan ibu harus memiliki sikap dan perlakuan yang sama dalam melarang atau memperbolehkan tingkah laku tertentu kepada anak.
2.      Sikap orang tua dalam keluarga
Secara tidak langsung sikap orang tua terhadap anak, sikap ayah terhadap ibu, atau sebaliknya dapat mempengaruhi perkembangan moral anak yaitu melalui proses peniruan (imitasi). Sikap orang tua yang otoriter cenderung melahirkan sikap disiplin semu pada anak. Sikap yang sebaiknya dimiliki oleh orang tua adalah sikap kasih sayang, keterbukaan, musyawarah, dan konsisten.
3.      Penghayatan dan pengamalan agama yang dianut
Orang tua merupakan panutan (teladan) bagi anak, termasuk disini panutan dalam mengamalkan ajaran agama. Orang tua yang menciptakan iklim yang religious dengan member bimbingan tentang nilai-nilai agama kepada anak maka anak akan mengalami perkembangan moral yang baik.
4.      Sikap konsisten orang tua dalam menerapkan norma
Orang tua yang tidak menghendaki anaknya berbohong maka mereka harus menjauhkan dirinya dari perilaku berbohong. Apabila orang tua mengajarkan kepada anak agar berperilaku jujur, bertutur kata yang sopan, bertanggung jawab atau taat beragama tetapi orang tua sendiri menampilkan perilaku sebaliknya, maka anak akan mengalami konflik pada dirinya, bahkan mungkin dia akan berperilaku seperti orang tuanya.
Disamping itu, juga ada faktor-faktor penyebab dari kemerosotan moral dewasa ini sesungguhnya banyak sekali[7], antara lain yang terpenting adalah :
1.       Kurang tertanamnya jiwa agama  pada  tiap-tiap orang dalam  masyarakat
Keyakinan beragama yang didasarkan atas pengertian yang sungguh-sungguh dan sehat tentang ajaran agama yang dianutnya kemudian diiringi  dengan pelaksanaan ajaran-ajaran tersebut merupakan benteng moral yang paling kokoh. Semakin jauh masyarakat dari agama, semakin susah memelihara moral orang dalam masyarakat itu, dan semakin kacaulah suasana karena semakin banyak pelanggaran-pelanggaran atas hak dan hukum.
2.       Keadaan masyarakat yang kurang stabil, baik dari segi ekonomi,sosial, dan politik.
Ketidakstabilan suasana yang melingkupi seseorang menyebakan gelisah dan cemas akibat tidak dapatnya mencapai rasa aman dan ketentraman dalam hidup. Dengan demikian akan terjadi banyak penyimpangan moral.
3.       Pendidikan moral tidak terlaksana menurut semestinya
Jika anak dilahirkan dan dibesarkan oleh orang tua yang tidak bermoral atau tidak mengerti cara mendidik, ditambah pula dengan lingkungan masyarakat yang goncang dan  kurang mengindahkan moral, maka sudah tentu hasil yang akan terjadi tidak menggembirakan dari segi moral.
4.       Suasana rumah tangga yang kurang baik
Tidak rukunnya orang tua menyebabkan gelisah anak, mereka menjadi takut, cemas dan tidak tahan berada ditengah-tengah orangtua yang tidak rukun. Maka anak-anak yang gelisah dan cemas itu mudah terdorong kepada perbuatan-perbuatan yamg merupakan ungkapan dari rasa hatinya, biasanya akan mengganggu ketentraman orang lain.
5.       Diperkenalkannya secara populer obat-obat dan alat-alat anti hamil
Seperti kita ketahui bahwa usia muda adalah usia yang baru mengalami dorongan seksual akibat pertumbuhan biologis yang dilaluinya, mereka belum mempunyai pengalaman dan jika mereka juga belum mendapat didikan agama yang mendalam, mereka akan mudah dibujuk oleh orang-orang yang tidak baik, yang hanya melampiaskan hawa nafsunya. Dengan demikian, anak-anak muda akan menggunakan obat-obat dan alat-alat anti hamil untuk memenuhi kemauan mereka sendiri yang mengikuti arus darah mudanya tanpa terkendali.
6.       Banyaknya tulisan-tulisan, gambar-gambar, siaran-siaran, kesenian-kesenian yang tidak mengindahkan dasar-dasar dan tuntunan moral
Suatu hal yang belakangan ini kurang mendapat perhatian kita ialah tulisan-tulisan, gambar-gambar, siaran-siaran, kesenian-kesenian yang seolah-olah mendorong anak muda untuk mengikuti arus  mudanya. Segi-segi moral dan mental kurang mendapat perhatian, hasil-hasil seni itu sekedar ungkapan dari keinginan dan kebutuhan yang sesungguhnya tidak dapat dipenuhi begitu saja. Lalu digambarkan dengan sangat realistis, sehingga semua yang tersimpan didalam hati anak-anak muda diungkap dan realisasinya terlihat dalam cerita, lukisan atau permainan tersebut. Inipun mendorong anak muda ke jurang kemerosotan moral.
7.       Kurang adanya bimbingan untuk mengisi waktu luang dngan cara yang baik, dan yang membawa kepada pembinaan moral
Suatu faktor yang juga telah ikut memudahkan rusaknya moral anak-anak muda ialah kurangnya bimbingan dalam mengisi waktu luang dengan baik dan sehat. Umur muda adalah umur suka berkhayal, melamunkan hal yang jauh. Kalau mereka dibiarkan tanpa bimbingan dalam mengisi waktunya maka akan banyak lamunan dan kelakuan yang kurang sehat timbul dari mereka.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Perkembangan adalah serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Dalam proses perkembangan manusia, terdapat dua proses perkembangan yang saling berlawanan, yaitu pertumbuhan (evolusi) dan kemunduran (involusi).
Pertumbuhan kognitif ditandai oleh semakin meningkatnya kemampuan menyelesaikan berbagai alternatif secara simultan, melakukan berbagai kegiatan secara bersamaan, dan mengalokasikan perhatian secara runtut pada berbagai peristiwa tertentu.
Ada dua faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu (1)Faktor Biologis. Setiap individu dibekali kemampuan kodrati atau alami yang memungkinkannya dapat menguasai bahasa. Potensi alami ini bekerja secara otomatis. Potensi yang terkandung dalam otak ini disebut piranti pemerolehan bahasa. (2) Faktor Lingkungan. Faktor lingkungan memberikan pengaruh pada perkwmbangan bahasa sebatas dengan kesempatan yang diberikan oleh lingkungan. Lingkungan yang kaya dengan bahasanya, akan memberikan kesempatan yang lebih besar bagi berkembangnya bahasa individu yang tinggal di dalam lingkungan tersebut.
Perkembangan moral seorang anak banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Anak memperoleh nilai-nilai moral dari lingkungannya, terutama orang tua. Dia belajar untuk mengenal nilai-nilai dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Dalam mengembangkan moral anak, peran orang tua sangat penting terutama ketika anak masih kecil.


DAFTAR PUSTAKA
Rifai, 1983. Psikologi Perkembangan Remaja. Bandung : PT Bina Aksara
Rifai, Achmad. Trianni, Catharina, 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang : UNS Press
Zakiyah, 1972. Kesehatan Mental. Jakarta : PT Gunung Agung








[1] Achmad Rifai dan Catharina Trianni, Psikologi Pendidikan, 2009, Semarang : UNS Press, hlm 15
[2] Ibid, hlm 16
[3] Ibid, hlm 25
[4] Achmad Rifai, Psikologi Pendidikan, 2009, Semarang : UNS Press, hlm 34
[5] Ibid, hlm 37
[6] Zakiyah, Kesehatan Mental, 1972, Jakarta : PT Gunung Agung, hlm 72
[7] Rifai, Psikologi Perkembangan Remaja, 1983, Bandung : PT Bina Aksara, hlm 53

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Perkembangan Anak dalam pendidikan"

Post a Comment

Silahkan komentar dengan baik