اِذَا تَمَّ عَقْلُ الْمَرْءِ قَلَّ
كَلَامُهُ # وَ اَيْقِنْ بِحُمْقِ الْمَرْءِ اِنْ كَانَ مُكْثِرًا
Ketika
akal seseorang telah sempurna, maka ia sedikit bicaranya, dan ketika orang
banyak bicara maka yakinilah bahwa ia orang yang sangat bodoh. Syiir
ini sama persis dengan peribahasa yang berbunyi “tong kosong nyaring bunyinya”
drum yang tidak ada isinya pasti bersuara keras dan sebaliknya drum yang penuh
isinya maka bersuara lirih. Inilah syiir yang tertera dalam karangan imam Az
Zarnuji Ta’limul Muta’allim. Syiir tersebut sebenarnya kutipan dari cuplikan
sebagian maqolah yang terkenal dari ahli sufi yaitu Fudhoil bin Iyadh:
لَا حَجَّ وَ لَا رِبَاطَ وَ لَا
جِهَادَ اَشَدُّ مِنْ حَبْلِ اللِّسَانِ اِذَا تَمَّ عَقْلُ الْمَرْءِ قَلَّ كَلَامُهُ
وَ اَيْقِنْ بِحُمْقِ الْمَرْءِ اِنْ كَانَ مُكْثِرًا
Tiada
ibadah haji, tiada pasukan sekelompok berkuda (musuh) dan tiada pula jihad yang
lebih sulit dibanding menjaga lisan, jika akal sesorang telah sempurna maka
sedikit ucapannya dan jikalau tutur katanya banyak maka yakinilah kedunguannya.
Inilah
manfaat dan hikmah dibalik diamnya seseorang. Diam disini bukan berarti tidak
berkata-kata sedikitpun, akan tetapi menghindari kata-kata yang tidak ada
manfaatnya dan tidak dianggap penting dalam syariat. Diam sama dengan tengah-tengan
antara sedikit bicara dan banyak bicara, hal ini termasuk kategori Khoirul
umuur ausathuha (paling baik-baiknya perkara adalah tengah-tengah. Diam
yang dianggap penting adalah berbicara ketika bicaranya bernilai ibadah dan
bermanfaat bagi orang lain, bukan malah menghambur-hamburkan kata-kata yang
tidak penting, lebih-lebih menjerumuskan kita ke dalam jurang kemaksiatan,
seperti menggunjing, mengolok-olok, berbohong dan lain-lain. Selain hal-hal
diatas diam juga memiliki arti yang sangat luar biasa yaitu tambahnya kualitas
keimanan seseorang. Sebagaimana sabda Rasululloh :
وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَ
الْيَوْمِ الْاَخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا اَوْ لِيَصْمُتْ
Barang siapa beriman
kepada Allah dan hari akhir maka berkatalah yang baik atau diam.
Dalam
hadis ini dapat dipahami bahwa seseorang diperintah untuk berbicara yang baik.
Kalau tidak mampu maka lebih baik dia diam saja. Jangan sampai kita celaka
sebab tutur kata kita yang jelek. Dari ucapan seseorang yang keluar dari lisan
ada tiga macam perkataan :
1. Perkataan
baik
2. Perkataan
buruk
3. Perkataan
yang tidak bermanfaat dan tidak berbahaya.
Dari hadis diatas sudah jelas memerintahkan
bertuturkata yang baik atau diam. Dan tidak memerintahkan bertutur kata yang
jelek, apa lagi tidak senonoh.
Matttoh bin mantaPPP gan
ReplyDelete