BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Perkembangan
kognitif (intelektual) sebenarnya merupakan perkembangan pikiran. Pikiran anak
Anda adalah bagian dari otaknya yang bertanggung jawab terhadap bahasa,
pembentukan mental, pemahaman, penyelesaian masalah, pandangan, penilaian,
pemahaman sebab akibat, serta ingatan.
Psikolog mengatakan Pengetahuan itu bukanlah salinan dari obyek dan juga bukan berbentuk kesadaran apriori yang sudah ditetapkan di dalam diri subyek, ia bentukan perseptual, oleh pertukaran antara organisme dan lingkungan dari sudut tinjauan biologi dan antara fikiran dan obyeknya menurut tinjauan kognitif.
Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya skema-skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan.
Psikolog mengatakan Pengetahuan itu bukanlah salinan dari obyek dan juga bukan berbentuk kesadaran apriori yang sudah ditetapkan di dalam diri subyek, ia bentukan perseptual, oleh pertukaran antara organisme dan lingkungan dari sudut tinjauan biologi dan antara fikiran dan obyeknya menurut tinjauan kognitif.
Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya skema-skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan.
Selain mempunyai perkembangan kognisi, seseorang juga
mengalami perkembangan bahasa dan perkembangan moral. Bahkan di era yang penung
dengan globalisasi ini banya sekali pemuda yang berubah moralnya.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas,
maka timbul rumusan masalah, sebagai berikut :
a.
Apa yang
dimaksud perkembangan?
b.
Bagaimana perkembangan kognitif pada anak?
c.
Bagaimana perkembangan bahasa pada anak?
d.
Bagaimana perkembangan dan kemunduran moral pada anak?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perkembangan
Perkembangan adalah
serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses
kematangan dan pengalaman. Dalam proses perkembangan manusia, terdapat dua
proses perkembangan yang saling berlawanan, yaitu pertumbuhan (evolusi) dan
kemunduran (involusi)[1].
Perkembangan berarti terjadi proses kesinambungan, dan proses itu bersifat
siklikal. Dalam arti, perkembangan itu memunculkan tanda-tanda akan
berkembangnya kemampuan-kemampuan dan kemudian menghilang, dan kemampuan yang
hilang itu akan muncul kembali pada usia berikutnya.
Perubahan
yang terjadi dalam proses perkembangan manusia itu bertujuan untuk memungkinkan
seseorang menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Untuk mencapai tujuan itu,
tindakan aktualisasi diri adalah sangat penting. Dengan tindakan tersebut
manusia akan menjadi seperti yang diinginkan baik secara fisik maupun
psikologis. Tindakan aktualisasi diri memegang peranan penting bagi kesehatan
jiwa, sihingga agar seseorang berhasil untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, dia harus mempunyai kesempatan untuk mengungkapkan minat dan
keinginannya dengan cara yang memuaskan bagi dirinya sendiri.
B. Perbedaan antara Perkembangan dan Pertumbuhan
Banyak orang menggunakan pertumbuhan dan
perkembangan secara bergantian. Akan tetapi dalam kenyataan kedua istilah
tersebut berbeda. Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif, yaitu
peningkatan ukuran dan struktur. Tidak saja seorang anak menjadi lebih besar
secara fisik, tetapi ukuran organ dalam dan otak meningkat. Akibat adanya
pertumbuhan otak, anak mempunyai kemampuan yang lebih besar dalam belajar,
mengingat dan berpikir. Anak tumbuh baik secara mental dan fisik. Sebaliknya
perkembangan berkaitan dengan perubahan secara kualitatif dan kuantitatif[2].
Ia dapat didefinisikan sebagai deretan progresif dari perubahan yang teratur
dan koheren. Progresif dimaknai sebagai perubahan yang terarah dan koheren
menunjuk adanya hubungan yang nyata antara perubahan yang terjadi dengan
perubahan yang mendahului dan yang akan mengikutinya. Ada sebagian psikolog
yang lebih setuju dengan istilah pertumbuhan adalah untuk menunjukkan bahwa ia
lebih mengalami deferensiasi dan juga ia pada tingkatan yang lebih tinggi,
lebih mengalami integrasi. Istilah pertumbuhan dimaksudkan bagi pertumbuhan
dalam ukuran-ukuran badan dan fungsi-fungsi fisik, kemuduan istilah
perkembangan dimaksudkan sebagai perubahan yang mencerminkan sifat-sifat yang
khas mengenai gejala-gejala psikologis yang tampak.
C. Perkembangan Kognitif
1. Menurut
Piaget
Perkembangan kognitif individu akan selalu berkaitan
dengan intelegensi atau kecerdasan. “Intelegensi adalah kealihan dalam
memecahkan masalah serta kemampuan untuk beradaptasi dan belajar dari
pengalaman sehari-hari”. Piaget mempunyai empat konsep dalam menjelaskan
perkembangan kognitif[3],
yaitu :
a. Skema
Skema menggambarkan tindakan mental dan fisik dalam
mengetahui dan memahami objek. Skema merupaka kategori pengetahuan yang
membantu seseorang dalam memahami dan menafsirkan dunianya. Skema meliputi
kategori pengetahuan dan proses memperoleh pengetahuan. Dalam kehidupan
seseorang, dia selalu mengalami sesuatu, dan informasi yang diperoleh melalui
pengalamn itu kemudian digunakan untuk memodifikasi, menambahkan atau mengubah
skema yang dimiliki sebelumnya.
b. Asimilasi
Asimilasi adalah proses memasukkan informasi ke dalam
skema yang telah dimiliki. Proses ini agak bersifat subjektif karena seseorang
cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang agak atau sesuai dengan
keyakinan yang dimiliki sebelumnya.
c. Akomodasi
Akomodasi merupakan proses mengubah skema yang telah
dimiliki dengan informasi baru. Akomodasi itu melibatkan kegiatan pengubahan
skema atau gagasan yang telah dimiliki karena adanya informasi atau pengalaman
baru. Skema baru itu terus dikembangkan selama dalam proses akomodasi.
d. Ekuilibrium
Piaget percaya bahwa setiap anak mencoba memperoleh
keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi dengan cara menerapkan mekanisme
ekuilibrium. Anak mengalami kemajuan karena adanya perkembangan kognitif , maka
penting untuk mempertahankan keseimbangan antara menerapkan pengetahuan yang
telah dimiliki sebelumnya (asimilasi) dan mengubah perilaku karena adanya pengetahuan
baru (akomodasi).
Dengan empat konsep tersebut, dapat
dipahami bahwa kognisi anak dapat berkembang secara bertahap. Dengan mengetahui
tahap-tahap perkembangan kognitif, maka dapat memudahkan guru dalam proses
pembelajaran. Ada beberapa hal yang dapat dimanfaatkan guru untuk dasar
pertimbangan saat pembelajaran :
a. Ketika
mengajar, hendaknya guru menyadari bahwa banyak siswa remaja yang belum dapat
mencapai tahap berpikir operasional formal secara sempurna, kondisi ini
menuntut konsekuensi pada penyusunan kurikulum, hendaknya tidak terlalu formal
atau abstrak, karena hal ini justru akan mempersulit siswa.
b. Kondisi
pembelajaran diciptakan dengan nuansa eksplorasi dan penemuan, sehingga siswa
mempunyai kesempatan untuk mengembangkan minat belajarnya sesuai dengan
kemampuan intelektualnya.
c. Metode
pembelajaran yang digunakan hendaknya lebih banyak mengarah pada
konstruktivisme.
d. Setiap
akhir pembahasan siswa diminta untuk membuat map mind.
2. Menurut
Bruner
Jerome
Bruner dalam perkembangan kognitif memperhitungkan enam hal :
a. perkembangan
intelektual ditandai oleh meningkatnya variasi respon terhadap stimulus. Anak
yang pada mulanya berada dalam kendali stimulus, belajar membebaskan diri dari
stimulus. Ketika anak itu memperoleh system bahasa, mereka belajar memediasi
hubungan antara stimulus dan respon. Dengan mediasi itu anakmembedakan
gratifikasi, memodifikasi respond an memiliki respon yang sama walaupun
stimulusnya berbeda-beda.
b. pertumbuhan
tergantung pada perkembangan intelektual dan system pengolahan informasi yang
dapat menggambarkan realita. Anak-anak yang tidak pernah dapat memprediksikan
atau mengekstrapolasi hasil yang akan dicapai apabila mereka tidak belajar
system symbol yang mencerminkan dunia. Oleh karena itu untuk memahami
pengalaman yang ada diluar dirinya, anak memerlukan representasi mental tentang
dunia di sekitarnya.
c. perkembangan
intelektual memerlukan peningkatan kecakapan untuk mengatakan pada dirinya dan
orang lain, melalui kata-kata atau symbol, mengenai apa yang telah dikerjakandan
apa yang akan dikerjakannya. Hal ini menjelaskan adanya kesadaran diri.
d. interaksi
antara guru dengan siswa adalah penting bagi perkembangan kognitif. Orang tua,
guru dan masyarakat harus mendidik anak-anak. Kebudayaan yang ada di masyarakat
tidak cukup mampu mengembangkan intelektualnya, sehingga guru harus menafsirkan
dan berbagi kebudayaan dengan anak agar mereka mengalami perkembangan
intelektual.
e. bahasa
menjadi kunci perkembangan kognitif. Setiap individu belajar menggunakan bahasa
untuk memediasi peristiwa yang terjadi di dunia. Kemampuan berbahasa ini
menjadi sarana untuk mengaitkan berbagai peristiwa dalam bentuk sebab akibat.
f. Pertumbuhan
kognitif ditandai oleh semakin meningkatnya kemampuan menyelesaikan berbagai
alternatif secara simultan, melakukan berbagai kegiatan secara bersamaan, dan
mengalokasikan perhatian secara runtut pada berbagai peristiwa tertentu.
Teori yang dikemukakan oleh bruner tersebut memiliki
implikasi terhadap pembelajaran, yaitu :
a) Anak
memiliki cara berpikir yang berbeda dengan orang dewasa. Guru perlu
memperlihatkan fenomena atau masalah kepada anak. Hal ini dapat dilakukan
dengan kegiatan wawancara atau pengamatan.
b) Anak,
terutama pada PAUD dan SD kelas rendah, akan belajar dengan baik apabila mereka
mampu memanipulasi obyek yang dipelajari
c) Pengalaman
baru yang berinteraksi dengan stryuktur kognitif dapat menarik minat dan
mengembangkan pengetahuan anak. Oleh karena itu, pengalam yang baru dipelajari
anak harus sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki anak.
3. Menurut
Vigotsky
Ada
tiga konsep yang dikembangkan dalam teori Vygotsky, yaitu : (1) keahlian
kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisisdan diinteroretasikan secara
development (memahami fungsi kognitif anak dengan memeriksa asal usulnya dan
transformasinya dari bentuk awal ke bentuk selanjutnya). (2) kemampuan kognitif
dimediasi dengan kata, bahasa, dan bentuk diskursus yang berfungsi sebagai alat
psikologis untuk membantu dan mentransformasi aktivitas mental. (3) kemampuan
kognitif berasal dari relasi social dan dipengaruhi oleh latar belakang
sosiokultural[4].
Vigotsky
percaya bahwa kemampuan kognitif berasal dari hubungan social dan kebudayaan .
oleh karena itu, perkembangan anak tidak bisa dipisahkan dari kegiatan social
dan cultural. Dia percaya bahwa perkembangan memori, perhatian, dan nalar,
melibatkan pembelajaran untuk menggunakan alat yang ada dalam masyarakat.
Dengan
konsep tersebut, seorang guru akan lebih efektif memberikan pembelajaran
sebagai berikut :
a. sebelum
mengajar, seorang guru hendaknya dapat memahami Zone Of Proximal Developmental
(serangkain tugas yang terlalu sulit dikuasai anak secara sendirian, tetapi
dapat dipelajari lewat bantuan orang dewasa atau teman lain yang mampu) siswa
batas bawah, sehingga bermanfaat untuk menyusun struktur materi pembelajaran
dan guru lebih akurat ketika menyusun strategi mengajarnya dan tidak melulu
member bimbingan pada siswa.
b. untuk
mengembangkan pembelajaran yang berkomunitas, seorang guru perlu memanfaatkan
tutor sebaya di dalam kelas.
c. dalam
pembelajaran, seorang guru hendaknya menggunakan teknik scaffolding dengan
tujuan siswa dapat belajar atas inisiatifnya sendiri.
D. Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa dalam
psikolinguistik diartikan sebagai proses untuk memperoleh bahasa, menyusun tata
bahasa dari ucapan-ucapan, memilih ukuran penilaian tata bahasa yang paling
tepat dan paling sederhana dari bahasa tersebut. Perkembangan bahasa sebagai
aspek universal berlangsung dalam suatu pola yang bertahap[5]
sebagai berikut :
1. Tahap
Pralinguistik (0.3 – 1 tahun)
Pada tahap ini anak mengeluarkan bunyi
ujaran dalam bentuk ocehan yang mempunyai fungsi komunikatif, anak mengeluarkan
berbagai bunyi ujaran sebagai reaksi terhadap orang lain.
2. Tahap
Halofrastik (1 - 1.8 tahun)
Pada usia tersebut, anak mulai
mengucapkan kata. Satu kata yang diucapkan harus dipandang sebagai kalimat
penuh, mencakup aspek psikologis (intelektual emosional) dan visional. Anak
yang mengatakan kursi dapat berarti “saya mau duduk di kursi, mama supaya duduk
di kursi atau saya minta diambilkan kursi.
3. Tahap
Kalimat Dua Kata (1,8 – 2 tahun)
Misalnya anak mengucapkan “kucing papa”
artinya itu kucing milik papa. Pada tahap ini, belum menggunakan imfleksi (kata
kerja verbal).
4. Tahap
Perkembangan Tata Bahasa (2 – 5 tahun)
Pada tahap ini, anak mulai mengembangkan
sejumlah sarana tata bahasa, panjang kalimat bertambah, walau bukan gejala
utama, ucapan-ucapan yang dihasilkan semakin kompleks dan mulai menggunakan
kata jamak dan tugas.
5. Tahap
Perkembangan Tata Bahasa Menjelang Dewasa (5 – 10 tahun)
Pada tahap ini, anak mulai mengembangkan
struktur tata bahasa yang lebih rumit, melibatkan gabungan kalimat sederhana
dengan komplementasi, relativasi dan konjungsi.
6. Tahap
Kompetensi Lengkap (11 tahun sampai dewasa)
Pada masa akhir kanak-kanak,
perbendaharaan kata terus meningkat, gaya bahasa seseorang mengalami perubahan
dan seseorang semakin lancar dan fasih dalam berkomunikasi dengan bahasa.
Ada
dua faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu :
a. Faktor
Biologis.
Setiap individu dibekali kemampuan
kodrati atau alami yang memungkinkannya dapat menguasai bahasa. Potensi alami
ini bekerja secara otomatis. Potensi yang terkandung dalam otak ini disebut
piranti pemerolehan bahasa.
b. Faktor
Lingkungan
Faktor lingkungan memberikan pengaruh
pada perkwmbangan bahasa sebatas dengan kesempatan yang diberikan oleh
lingkungan. Lingkungan yang kaya dengan bahasanya, akan memberikan kesempatan
yang lebih besar bagi berkembangnya bahasa individu yang tinggal di dalam
lingkungan tersebut.
Upaya yang dapat
dilakukan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa, diantaranya adalah :
a) Mengupayakan
lingkungan yang dapat memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi perkembangan
bahasa secara optimal. Lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat perlu
dikembangkan menjadi lingkungan yang dapat memberikan kesempatan bagi anak
untuk belajar, berlatih dan mengembangkan kemampuan bahasa. Kerja sama antara
keluarga, sekolah dan masyarakat mutlak diperlukan dalam pengembangan bahasa.
b) Pengenalan
sejak dini terhadap lingkungan yang memiliki variasi kemampuan bahasa pada anak
sangat diperlukan untuk memacu perkembangan bahasanya. Situasi yang menunjang
perkembangan bahasa perlu diciptakan dan dikembangkan oleh orang tua dlam
keluarganya, oleh guru di sekolah, dan oleh warga di masyarakatnyadukungan
masyarakat dalam bentuk psikologis, sosial dan kultural sangat diperlukan dalam
perkembangan bahasa anak dilingkungannya.
c) Mengembangkan
strategi untuk mempermudah penguasaan bahasa, antara lain : cara untuk
memudahkan mengingat, meniru, mengalami langsung, bermain.
E. Perkembangan
Moral
Perkembangan
moral seorang anak banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Anak memperoleh
nilai-nilai moral dari lingkungannya, terutama orang tua. Dia belajar untuk
mengenal nilai-nilai dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai tersebut[6].
Dalam mengembangkan moral anak, peran orang tua sangat penting terutama ketika
anak masih kecil. Beberapa sikap orang tua yang perlu diperhatikan sehubungan
dengan perkembangan moral anak sebagai berikut :
1.
Konsisten dalam mendidik anak
Ayah dan ibu harus
memiliki sikap dan perlakuan yang sama dalam melarang atau memperbolehkan
tingkah laku tertentu kepada anak.
2. Sikap orang tua dalam
keluarga
Secara tidak langsung
sikap orang tua terhadap anak, sikap ayah terhadap ibu, atau sebaliknya dapat
mempengaruhi perkembangan moral anak yaitu melalui proses peniruan (imitasi).
Sikap orang tua yang otoriter cenderung melahirkan sikap disiplin semu pada
anak. Sikap yang sebaiknya dimiliki oleh orang tua adalah sikap kasih sayang,
keterbukaan, musyawarah, dan konsisten.
3. Penghayatan dan
pengamalan agama yang dianut
Orang tua merupakan
panutan (teladan) bagi anak, termasuk disini panutan dalam mengamalkan ajaran
agama. Orang tua yang menciptakan iklim yang religious dengan member bimbingan
tentang nilai-nilai agama kepada anak maka anak akan mengalami perkembangan
moral yang baik.
4. Sikap konsisten orang
tua dalam menerapkan norma
Orang tua yang tidak
menghendaki anaknya berbohong maka mereka harus menjauhkan dirinya dari
perilaku berbohong. Apabila orang tua mengajarkan kepada anak agar berperilaku
jujur, bertutur kata yang sopan, bertanggung jawab atau taat beragama tetapi
orang tua sendiri menampilkan perilaku sebaliknya, maka anak akan mengalami
konflik pada dirinya, bahkan mungkin dia akan berperilaku seperti orang tuanya.
Disamping
itu, juga ada faktor-faktor penyebab dari kemerosotan moral dewasa ini
sesungguhnya banyak sekali[7],
antara lain yang terpenting adalah :
1. Kurang tertanamnya
jiwa agama pada tiap-tiap orang dalam masyarakat
Keyakinan beragama
yang didasarkan atas pengertian yang sungguh-sungguh dan sehat tentang ajaran
agama yang dianutnya kemudian diiringi
dengan pelaksanaan ajaran-ajaran tersebut merupakan benteng moral yang
paling kokoh. Semakin jauh masyarakat dari agama, semakin susah memelihara
moral orang dalam masyarakat itu, dan semakin kacaulah suasana karena semakin
banyak pelanggaran-pelanggaran atas hak dan hukum.
2. Keadaan masyarakat
yang kurang stabil, baik dari segi ekonomi,sosial, dan politik.
Ketidakstabilan suasana yang melingkupi seseorang menyebakan
gelisah dan cemas akibat tidak dapatnya mencapai rasa aman dan ketentraman
dalam hidup. Dengan demikian akan terjadi banyak penyimpangan moral.
3. Pendidikan moral
tidak terlaksana menurut semestinya
Jika anak dilahirkan dan dibesarkan oleh orang tua
yang tidak bermoral atau tidak mengerti cara mendidik, ditambah pula dengan
lingkungan masyarakat yang goncang dan
kurang mengindahkan moral, maka sudah tentu hasil yang akan terjadi
tidak menggembirakan dari segi moral.
4. Suasana rumah tangga
yang kurang baik
Tidak rukunnya orang tua menyebabkan gelisah anak,
mereka menjadi takut, cemas dan tidak tahan berada ditengah-tengah orangtua
yang tidak rukun. Maka anak-anak yang gelisah dan cemas itu mudah terdorong
kepada perbuatan-perbuatan yamg merupakan ungkapan dari rasa hatinya, biasanya
akan mengganggu ketentraman orang lain.
5. Diperkenalkannya
secara populer obat-obat dan alat-alat anti hamil
Seperti kita ketahui bahwa usia muda adalah usia yang
baru mengalami dorongan seksual akibat pertumbuhan biologis yang dilaluinya,
mereka belum mempunyai pengalaman dan jika mereka juga belum mendapat didikan
agama yang mendalam, mereka akan mudah dibujuk oleh orang-orang yang tidak
baik, yang hanya melampiaskan hawa nafsunya. Dengan demikian, anak-anak muda
akan menggunakan obat-obat dan alat-alat anti hamil untuk memenuhi kemauan
mereka sendiri yang mengikuti arus darah mudanya tanpa terkendali.
6. Banyaknya
tulisan-tulisan, gambar-gambar, siaran-siaran, kesenian-kesenian yang tidak
mengindahkan dasar-dasar dan tuntunan moral
Suatu hal yang belakangan ini kurang mendapat
perhatian kita ialah tulisan-tulisan, gambar-gambar, siaran-siaran,
kesenian-kesenian yang seolah-olah mendorong anak muda untuk mengikuti
arus mudanya. Segi-segi moral dan mental
kurang mendapat perhatian, hasil-hasil seni itu sekedar ungkapan dari keinginan
dan kebutuhan yang sesungguhnya tidak dapat dipenuhi begitu saja. Lalu
digambarkan dengan sangat realistis, sehingga semua yang tersimpan didalam hati
anak-anak muda diungkap dan realisasinya terlihat dalam cerita, lukisan atau
permainan tersebut. Inipun mendorong anak muda ke jurang kemerosotan moral.
7. Kurang adanya
bimbingan untuk mengisi waktu luang dngan cara yang baik, dan yang membawa
kepada pembinaan moral
Suatu faktor yang juga telah ikut
memudahkan rusaknya moral anak-anak muda ialah kurangnya bimbingan dalam
mengisi waktu luang dengan baik dan sehat. Umur muda adalah umur suka
berkhayal, melamunkan hal yang jauh. Kalau mereka dibiarkan tanpa bimbingan
dalam mengisi waktunya maka akan banyak lamunan dan kelakuan yang kurang sehat
timbul dari mereka.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perkembangan
adalah serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses
kematangan dan pengalaman. Dalam proses perkembangan manusia, terdapat dua proses
perkembangan yang saling berlawanan, yaitu pertumbuhan (evolusi) dan kemunduran
(involusi).
Pertumbuhan
kognitif ditandai oleh semakin meningkatnya kemampuan menyelesaikan berbagai
alternatif secara simultan, melakukan berbagai kegiatan secara bersamaan, dan
mengalokasikan perhatian secara runtut pada berbagai peristiwa tertentu.
Ada
dua faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu (1)Faktor Biologis. Setiap individu dibekali kemampuan
kodrati atau alami yang memungkinkannya dapat menguasai bahasa. Potensi alami
ini bekerja secara otomatis. Potensi yang terkandung dalam otak ini disebut
piranti pemerolehan bahasa.
(2) Faktor
Lingkungan. Faktor
lingkungan memberikan pengaruh pada perkwmbangan bahasa sebatas dengan
kesempatan yang diberikan oleh lingkungan. Lingkungan yang kaya dengan
bahasanya, akan memberikan kesempatan yang lebih besar bagi berkembangnya
bahasa individu yang tinggal di dalam lingkungan tersebut.
Perkembangan moral seorang anak banyak dipengaruhi
oleh lingkungan. Anak memperoleh nilai-nilai moral dari lingkungannya, terutama
orang tua. Dia belajar untuk mengenal nilai-nilai dan berperilaku sesuai dengan
nilai-nilai tersebut. Dalam mengembangkan moral anak, peran orang tua sangat
penting terutama ketika anak masih kecil.
DAFTAR PUSTAKA
Rifai, 1983. Psikologi Perkembangan Remaja. Bandung
: PT Bina Aksara
Rifai, Achmad. Trianni, Catharina, 2009. Psikologi
Pendidikan. Semarang : UNS Press
Zakiyah, 1972. Kesehatan Mental. Jakarta : PT
Gunung Agung
[2] Ibid,
hlm 16
[3] Ibid, hlm 25
[4] Achmad Rifai, Psikologi
Pendidikan, 2009, Semarang : UNS Press, hlm 34
[5] Ibid, hlm 37
[6] Zakiyah,
Kesehatan Mental, 1972, Jakarta : PT Gunung Agung, hlm 72
[7] Rifai,
Psikologi Perkembangan Remaja, 1983, Bandung : PT Bina Aksara, hlm 53
0 Response to "Perkembangan Anak dalam pendidikan"
Post a Comment
Silahkan komentar dengan baik