Perekonomian
keluarga yang tidak mendukung, bekal untuk makan sehari-hari saja sulit apalagi
membeli hal-hal lain yang berbau kemewahan. Akan tetapi tekadnya sangat kuat
dan bulat untuk menuntut ilmu agama. Dan akhirnya ia berangkat mondok hanya
berbekal CENGKIR (kencenge piker) dan beberapa potong tales rebus yang diberikan kakaknya.
Itupun dirampas oleh perampok di tengah jalan. Kemudian ia tetap berangkat
hanya dengan bermodal BONEK alias bondo nekat.
Ratusan
kilometer mulai dari desanya sampai pesisir Tuban dilewatinya dengan berjalan
kaki sendirian dan hanya ditemani oleh satu teman, yaitu ketekadannya yang
bulat untuk menuntut ilmu agama. Ketika sudah sampai di pondok pesantren, ia
menghidupi kehidupannya dengan menggunakan waktu luangnya untuk membantu orang
yang tinggal di sekitar pesantren dan hanya diberi beberapa upah saja. Upah
tersebut digunakannya untuk membeli kitab, buku, pena dan peralatan belajar
yang lain. Sedangkan untuk urusan perut ia atasi dengan berpuasa.
Setiap
hari, seusai shalat ashar, sebelum berangkat mengaji, ia membungkus segenggam
karak (nasi yang dikeringkan) dalam kain, kemudian merendamnya dalam air dan
saat tiba waktunya berbuka, ia mengambil karak tersebut yang sudah lunak dan
memakannya. Satu genggam itu adalah jatah untuk sehari semalam. Jadi, ia hanya
makan satu kali saja.
Kehidupan
seperti ini dijalaninya dengan sabar, sampai bertahun-tahun lamanya. Hingga
beliau memperoleh ilmu yang sangat luas dan benar-benar menjadi orang alim.
Jiwanya sungguh bersatu dengan ilmu.salah satu sikapnya yang mencerminkan hal
ini adalah kesabarannya yang luar biasa. Suatu ketika beliau memergoki seorang
pencuri yang tidak lain adalah tetangganya sendiri, yang sedang asyik memetik
terong di kebunnya. Melihat hal itu dia diam saja dan sama sekali tidak marah.
Dengan santai beliau mendekatinya. Ketika jarak sudah dekat, si maling kaget
bukan kepalang dan lari terbirit-birit. Beliau tidak marah sama sekali dengan
sikap si maling tersebut, bahkan satu karung terong yang sudah dipetiknya dan
ditinggalkan dibawa pak kyai tersebut ke rumah si maling. Dengan polos beliau
berkata “sudah dipetik kok ditingal, jadi saya anter kesini”. Sungguh si maling
malu bukan kepalang melihat kesabaran dan sikap pemaaf beliau.
Dari
kisah ini, dapat diambil beberapa hikmah :
1. Seseorang
yang mempunyai tekad dalam menuntut ilmu, Allah akan memudahkan jalan baginya.
Sebagaimana sabda Rasul :
مَنْ
سَلَكَ طَرِيْقًا اِلَى طَلَبِ الْعِلْمِ سَهَّلَهُ اللهُ طَرِيْقًا اِلَى
الْجَنَّةِ
Barang siapa menelapakkan kakinya ke
jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkannya jalan ke surga.
Jalan ke surga saja yang begitu sulit, dimudahkan
oleh Allah, apalagi jalan dunia, yang notabene lebih rendah derajatnya dari
pada akhirat.
2. Harta
bukanlah hal yang menghalangi kita untuk menuntut ilmu sebanyak-banyaknya. Jika
kita punya niat dan tekad pasti mendapatkan apa yang diinginkan (man jadda
wajada artinya barang siapa bersungguh-sungguh pasti dia akan mendapatkan
perkara yang diinginkan)
3. Kekayaan,
pangkat dan semua hal yang berhubungan dengan dunia bukanlah tujuan kita
mencari ilmu. Seperti yang dilakukan banyak siswa di zaman yang modernisasi dan
matrealisasi. Mereka sekolah hanya untuk mencari pekerjaan, mendapatkan uang,
pangkat, dll. Coba renungkan ilmu itu adalah hal yang ukhrowi, yang nantinya
akan menyelamatkan kita dari siksa akhirat, mengapa ditukar dengan
perkara-perkara yang duniawi, yang sepele bak bangkai anjing yang
menginginkannya hanyalah lalat-lalat. Jangan sampai kita terbujuk oleh rayuan
syaithon yang setiap harinya memoles ukhrowi dengan duniawi dan duniawi dengan
ukhrowi. Seakan-akan mereka dapat pahala akan tetapi kelak diakhirat, bukan
pahala yang diraih tetapi siksaan. Rasululloh bersabda :
كَمْ
مِنْ عَمَلٍ يَتَصَوَّرُ بِصُوْرَةِ اَعْمَالِ الدُّنْيَا وَ يَصِيْرُ بِحُسْنِ
النِّيَّةِ مِنْ اَعْمَالِ الْاَخِرَةِ وَ كَمْ مِنْ عَمَلٍ يَتَصَوَّرُ بِصُوْرَةِ
اَعْمَالِ الْاَخِرَةِ ثُمَّ يَصِيْرُ مِنْ اَعْمَالِ الدُّنْيَا بِسُوْءِ النِّيَّةِ
Banya sekali amal yang berbentuk amal
dunia (tidur, makan, bekerja, dll) dan dapat menjadi amal
akhirat (amal yang mendapatkan pahala) dengan benarnya niat dan banyak sekali
amal yang berbentuk amal akhirat (shalat, puasa, shodaqoh, dll) kemudian
menjadi amal dunia (tidak mendapatkan pahala) sebab salahnya niat.
4. Tujuan
akhir dari menuntut ilmu adalah mendekatkan diri kepada Allah, supaya
pemiliknya semakin taat dan taqwa kepada-Nya. Itulah tanda dari ilmu yang
manfaat, semakin hari semakin dekat pada Allah dan semakin takut akan siksaan
Allah.
0 Response to "Kisah Inspiratif"
Post a Comment
Silahkan komentar dengan baik