Pendekatan Bimbingan Konseling Islami




 Bimbingan Konseling Islami


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Bimbingan dan Konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan kita, mengingat bahwa Bimbingan dan Konseling adalah merupakan suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yang diberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah dalam rangka meningkatkan mutunya. Hal ini sangat relevan jika dilihat dari perumusan bahwa pendidikan itu adalah merupakan usaha sadar yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan potensi-potensinya(bakat, minat, dan kemampuannya). Kepribadian menyangkut masalah perilaku atau sikap mental dan kemampuannya meliputi masalah akademik dan ketrampilan. Tingkat kepribadian dan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang adalah merupakan suatu gambaran mutu dari orang bersangkutan.
Bimbingan dan Konseling dalam perspektif Islam ialah suatu aktifitas memberikan bimbingan, pengajaran, dan pedoman kepada peserta didik yang dapat mengembangkan potensi akal fikir, kejiwaan, keimanan dan keyakinan serta dapat menanggulangi problematika dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat dengan baik dan benar secara mandiri dan berlandaskan pada Al-Quran dan Al-Hadis. Dengan mengunakan teknik-teknik tertentu baik yang bersifat lahiriyah ataupu batiniyah yang di lakukan oleh Guru BK dalam lingkungan sekolah ataupun Madrasah.
Dalam upaya menunjang suksesnya kegiatan pendidikan Islam di sekolah, pengetahuan bimbingan dan konseling sangat diperlukan oleh staf pengajar (guru) yang diberi tugas melaksanakan program bimbingan dan konseling. Perlu diperhatikan bahwa proses belajar mengajar hakikatnya merupakan rangkaian proses komunikasi antara guru dan murid yang berlangsung atas dasar minat, bakat, dan kemampuan dari setiap murid. Pada proses komunikasi tersebut tidak selalu berjalan lancar bagi setiap individu murid, baik pengaruh dari luar maupun dari dalam diri. Misalnya kelemahan dalam penalaran, kemauan dan rasa (emosi), pengaruh dari lingkungan sosial yang kurang mendukung ke arah belajar anak, kekurangan biaya dalam pemenuhan sarana belajar dan sebagainya. Hambatan-hambatan tersebut merupakan sesuatu yang menekan daya kemampuan belajar murid.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian pendekatan konseling perspektif islam?
2.      Bagaimana Tujuan Bimbingan Konseling dalam Islam?
3.      Apa Fungsi Bimbingan Konseling dalam Islam?
4.      Bagaimana Psikoterapi Doa?
5.      Bagaimana Pendekatan Islam Dalam Pelaksanaan Bimbingan Konseling?


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Bimbingan dan Konseling dalam Perspektif Islam
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Secara etimologi bimbingan dan konseling terdiri dari dua kata yaitu “bimbingan”(terjemah dari kata guidance) dan “konseling”(berasal dari kata counseling). Dalam praktik, bimbingan dan konseling merupakan satu kesatuan aktifitas yang tak bisa dipisahkan. Keduanya merupakan bagian integral ecara istilah bimbingan dan konseling dapat diartikan dengan bantuan yang diberikan oleh seorang baik laki-laki maupun perempuan yang memiliki pribadi baik dan pendidikan yang memadai, kepada seseorang (individu) dari setiap umur untuk membantunya mengembangkan aktifitas-aktifitas hidupnya sendiri, mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat pilihan sendiri dan memikul bebannya sendiri.[1]


Bimbingan dan konseling Islam ialah suatu aktifitas memberikan bimbingan, pengajaran, dan pedoman kepada peserta didik yang dapat mengembangkan potensi akal pikiran, kejiwaan, keimanan dan keyakinannya serta dapat menanggulangi problematika dalam keluarga, sekolah dan masyarakat dengan baik dan benar secara mandiri berdasarkan pada dasar-dasar yang ada didalam agama. Dengan menggunakan teknik-teknik tertentu baik yang bersifat lahir ataupun batin yang dilakukan oleh konselor dalam lingkungan sekolah atau madrasah.
            Pengertian bimbingan dan konseling Islam menurut M Arifin adalah: Kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka memberikan bantuan kepada orang lain yang mengalami kesulitan-kesulitan rohaniah dalam lingkungan hidupnya agar orang tersebut mampu mengatasinya sendiri karena timbul kesadaran atau penyerahan diri terhadap kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, sehingga timbul pada diri pribadinya suatu cahaya harapan kebahagian hidup saat sekarang dan dimasa yang akan dating.[2]

Dengan demikian, bimbingan dan konseling Islam adalah suatu usaha pemberian bantuan kepada seseorang (individu) yang mengalami kesulitan rohaniah baik mental dan spiritual agar yang bersangkutan mampu mengatasinya dengan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri melalui dorongan dari kekuatan iman dan ketakwaan kepada Allah SWT, atau dengan kata lain bimbingan dan konseling Islam ditujukan kepada seseorang yang mengalami kesulitan, baik kesuliatan lahiriah maupun batiniah yang menyangkut kehidupannya di masa kini dan masa datang agar tercapai kemampuan untuk memahami dirinya, kemampuan untuk mengarahkan dan merealisasikan dirinya sesuai dengan potensi yang dimilikinya dengan tetap berpegang pada nilai-nilai Islam.
Bimbingan dan Konseling dalam Dunia Islam Keberadaan Bimbingan dan Konseling Islam dalam arti sederhana dan hakiki sudah ada sejak dahulu kala. Sejarah telah menjabarkan bahwa Nabi Adam as pernah merasa berdosa dan bersalah kepada Allah Swt. Hal ini diceritakan dalam al-Qur’an Surat al-Baqoroh : 36 :
فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ ۖ وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۖ وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَىٰ حِينٍ
Artinya : “Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: “Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan.” (Q.S. Al Baqarah 2: 36).
Rasa dosa merupakan salah satu permasalahan yang perlu ditangani di dalam bimbingan dan konseling. Pada akhirnya, perasaan berdosa dan salah yang dirasakan oleh Nabi Adam as dihapuskan dengan hidayah Allah Swt. Dijelaskan pada ayat berikutnya, yaitu :
فَتَلَقَّىٰ آدَمُ مِنْ رَبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ ۚ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
Artinya : “Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.(Q.S.Al-Baqarah 2: 37).
Banyak contoh-contoh bimbingan dan konseling yang telah dilakukan oleh para rasulullah dan para sahabat nabi dizamannya. Namun, mereka tidak menamakannya sebagai bimbingan dan konseling. Walaupun, apabila dilihat dari segi disiplin ilmunya, memang terdapat perbedaan. Bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh para nabi dan para shahabat merujuk pada kitab suci yang diturunkan oleh sang pencipta, Allah Swt. Alquran adalah pedoman hidup ummat Islam yang di dalamnya penuh dengan ajaran, bimbingan, dan contoh proses, termasuk bimbingan dan konseling. Bahkan, Allah Swt.dalam menyampaikan ayat-ayatnya banyak berupa bimbingan dan konseling.
Menurut Kamal Ibrahim Mursi aktifitas konseling yang dijumpai pada zaman klasik Islam dikenal dengan nama hisbah atau ihtisab, konselornya disebut muhtasib, dan klien dari hisbah tersebut dinamakan muhtasab’alaih. Khalifah Umar bin al Khattab adalah orang pertama yang mengatur pelaksanaan hisbah sebagai suatu sistem dengan merekrut dan mengorganisir muhtasib (konselor). Kemudian, ia menugaskan mereka ke segala pelosok negeri kaum muslimin guna membantu orang-orang yang bermasalah. Khalifah berikutnya juga meneruskan kebijaksanaan Umar sehingga ketika itu jabatan muhtasib menjadi jabatan yang terhormat di mata masyarakat.[3]

Secara garis besar tujuan bimbingan konseling islam dapat dirumuskan untuk membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Sedangkan tujuan dari bimbingan dan konseling dalam Islam yang lebih terperinci adalah sebagai berikut:
1.     Untuk menghasilkan suatu perbuatan, perbaikan, kesehatan, dan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, jinak dan damai, bersikap lapang dada dan mendapatkan pencerahan taufik dan hidayah Tuhannya.
2.   Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan kesopanan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik pada diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan kerja maupun lingkungan sosial dan alam sekitarnya.
3.  Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong-menolong dan rasa kasih sayang.
4.  Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat kepada Tuhannya, ketulusan mematuhi segala perintahNya serta ketabahan menerima ujianNya.
5.     Untuk menghasilkan potensi Ilahiyah, sehingga dengan potensi itu individu dapat melakukan tugasnya sebagai khalifah dengan baik dan benar; ia dapat dengan baik menanggulangi berbagai persoalan hidup; dan dapat memberikan kemanfaatan dan keselamatan bagi lingkungannya pada berbagai aspek kehidupan.
6.      Untuk mengembalikan pola pikir dan kebiasaan konseli yang sesuai dengan petunjuk ajaran islam (bersumber pada Al-Quran dan paradigma kenabian.[4]

C.    Fungsi Bimbingan Konseling dalam Islam
Fungsi bimbingan dan konseling dapat digolongkan menjadi tiga fungsi yaitu:
1.     Remedial atau Rehabilitatif
Peranan remedial berfokus pada masalah: Penyesuaian diri, Menyembuhkan masalah psikologis yang dihadapi dan Mengembalikan kesehatan mental dan mengatasi gangguan emosional.
2.      Fungsi Edukatif atau Pengembangan
Fungsi ini berfokus kepada masalah: Membantu meningkatkan keterampilan-keterampilan dalam kehidupan, Mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah hidup, Membantu meningkatkan kemampuan menghadapi transisi dalam kehidupan, dan Untuk keperluan jangka pendek, konseling membantu individu-individu menjelaskan nilai-nilai, menjadi lebih tegas, mengendalikan kecemasan, meningkatkan keterampilan komunikasi antar pribadi, memutuskan arah hidup, menghadapi kesepian dan semacamnya.
3.      Fungsi Preventif dan Kuratif (Pencegahan dan Penyembuhan)
Fungsi ini membantu individu agar dapat berupaya aktif untuk melakukan pencegahan sebelum mengalami masalah-masalah kejiwaan karena kurangnya perhatian, dan melakukan penyembuhan bila terjadi sakit kejiwaannya. Upaya preventif dan kuratif meliputi pengembangan strategi dan program yang dapat digunakan untuk mencoba mengatasi resiko-resiko hidup yang tidak perlu terjadi.
Fungsi utama bimbingan dan konseling dalam Islam yang hubungannya dengan kejiwaan tidak dapat terpisahkan dengan masalah spiritual (keyakinan). Islam memberikan bimbingan kepada manusia agar kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Fungsi bimbingan dan konseling di sini memberikan bimbingan kepada penyembuhan terhadap ganggauan mental berupa sikap dan cara berpikir yang salah dalam menghadapi problem individu setelah individu dapat kembali dalam kondisi yang bersih dan dapat membedakan mana yang baik dan buruk, mana yang bermanfaat dan tidak bermanfaat, mana yang baik bagi dirinya dan orang lain atau sebaliknya barulah dikembangkan ke arah pengembangan dan pendidikan bagi mereka. [5]
Fokus bimbingan dan konseling Islam selain memberikan perbaikan dan penyembuhan pada tahap mental, spiritual atau kejiwaan, dan emosional, kemudian melanjutkan materi bimbingan dan konseling kepada pendidikan dan pengembangan dengan menanamkan nilai-nilai dan wahyu sebagai pedoman hidup. 

D.    Psikoterapi Doa
Rasulullah SAW dilihat dari salah satu sisi kehidupannya adalah sebagai konselor dan tarapis. Beliau sering memberikan beberapa nasehat pada orang yang sedih, cemas, takut dan gangguan kejiwaan lainnya melalui metode doa. Doa secara harfiah berarti ibadah, istighasah memohon bantuan. Adapun pengertian doa secara istilah adalah melahirkan kehinaan dan kerendahan diri serta menyatakan hajat dan ketunduksn kepada Allah SWT.
Sedangkan menurut Al-Khattabi Al-Busti, hakikat doa adalah permohonan seseorang hampa kepada Tuhannya akan pertolongan-Nya, yang berarti menampakkan rasa butuh dan menyandarkan daya dan kekuatan hanya kepada-Nya. Sedangkan fungsi doa sebagai berikut:
1.      Doa sebagai pencerminan kehambaan makhluk di hadapan Khaliq.
2.      Doa merupakan salah satu bentuk ibadah, karena merupakan perintah dari Allah SWT.
3.      Doa sebagai proses solusi problem kehidupan baik spiritual maupun material.
4.      Doa sebagai pengendali pusat gerak spiritual yang merupakan refleksi lahir melalui zikir dan doa.
Selain fungsi-fungsi yang telah disebutkan, doa memiliki prinsip-prinsip penyembuhan berdasarkan isyarat nama-nama surah yang muat ayat tentang fungsi Al-Qur’an sebagai As-Syifa’ adalah:
1.      Prinsip taubat: upaya menghentikan dan menggantikan perilaku negatif menurut syara’ dan urf (pengetahuan nilai-nilai dan norma-norma yang disepakati oleh komunitas tertentu dalam bentuk kegiatan tertentu).
2.      Prinsip kelembutan dan kehalusan budi: bahwa kelembutan dan kehalusan budi itu menjadi dasar etik dalam upaya melaksanakan proses penyembuhan.
3.     Prinsip kesadaran diri: proses mengintropeksi perilaku lahir dan batin yang dikategorisasikan sebagai perilaku dzalim untuk diganti dengan perilaku adil, yaitu dengan cara menggunakan kompetensi diri tu sendiri secara proporsional menurut keharusan syari’at.
4.   Prinsip madu: prinsip ini dimaksudkan dalam upaya penyembuhan karakteristik yang ada pada lebah untuk dijadikan pelajaran penting sebagai sandaran perilaku penyembuhan.
5.    Prinsip rekreasi spiritual (al-isyra’): melalui pengalaman komunikasi transcendental dengan ciptaan Allah yang maha kuasa, bahwa betapa keberadaan itu merupakan subsistem dan merupakan anggota dari makrokosmo yang bergerak dalam ketentuan hukum alam ciptaan Allah SWT.
6. Prinsip diagnostik sebab-akibat: bahwa proses penyembuhan merupakan upaya menghilangkan berbagai macam penyakit baik jasmani maupun rohani.
7.     Prinsip tawakal: yaitu bahwa upaya penyembuhan adalah proses menjalani hukum kausalitas immaterial ciptaan Tuhan. [6]
Karena pentingnya dzikir dan doa sebagai salah satu metode terapi maka seyogyanya para petugas BK atau konselor di sekolah dan madrasah untuk mengkaji lebih mendalam sehingga dapat mempraktekkannya di lingkungan pendidikan apabila menghadapi berbagai gangguan kejiwaan yang dihadapi peserta didik. 

E.     Pendekatan Islam Dalam Pelaksanaan Bimbingan Konseling
Pendekatan Islami dapat dikaitkan dengan aspek-aspek psikologis dalam pelaksanaan bimbingan konseling yang meliputi pribadi, sikap, kecerdasan, perasaan, dan seterusnya yang berkaitan dengan klien dan konselor. Bagi pribadi muslim yang berpijak pada pondasi tauhid pastilah seorang pekerja keras, namun nilai bekerja baginya adalah untuk melaksanakan tugas suci yang telah Allah berikan dan percayakan kepadanya, ini baginya adalah ibadah. Sehingga pada pelaksanaan bimbingan konseling, pribadi muslim tersebut memiliki ketangguhan pribadi tentunya dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1.    Selalu memiliki Prinsip Landasan dan Prinsip Dasar yaitu hanya beriman kepada Allah SWT.
2.      Memiliki Prinsip Kepercayaan, yaitu beriman kepada malaikat.
3.      Memiliki Prinsip Kepemimpina, yaitu beriman kepada Nabi dan Rasulnya.
4.      Selalu memiliki Prinsip Pembelajaran, yaitu berprinsip kepada Al-Qur’an Al Karim.
5.      Memiliki Prinsip Masa Depan, yaitu beriman kepada “Hari Kemudian”
6.      Memiliki Prinsip Keteraturan, yaitu beriman kepada “Ketentuan Allah”
Jika konselor memiliki prinsip tersebut (Rukun Iman) maka pelaksanaan bimbingan dan konseling tentu akan mengarahkan klien kearah kebenaran, selanjutnya dalam pelaksanaannya pembimbing dan konselor perlu memiliki tiga langkah untuk menuju pada kesuksesan bimbingan dan konseling. Pertama, memiliki mission statement yang jelas yaitu “Dua Kalimat Syahadat”, kedua memiliki sebuah metode pembangunan karakter sekaligus symbol kehidupan yaitu “Shalat lima waktu”, dan ketiga, memiliki kemampuan pengendalian diri yang dilatih dan disimbolkan dengan “puasa”. Prinsip dan langkah tersebut penting bagi pembimbing dan konselor muslim, karena akan menghasilkan kecerdasan emosi dan spiritual (ESQ) yang sangat tinggi (Akhlakul Karimah).[7]



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Bimbingan dan konseling dalam perspektif Islam ialah suatu aktifitas memberikan bimbingan, pengajaran, dan pedoman kepada peserta didik yang dapat mengembangkan potensi akal pikiran, kejiwaan, keimanan dan keyakinannya serta dapat menanggulangi problematika dalam keluarga, sekolah dan masyarakat dengan baik dan benar secara mandiri berdasarkan Al-Qur'an dan Al-Hadis. Landasan yang benar dalam melaksanakan proses bimbingan dan konseling agar dapat berlangsung dengan baik dan menghasilkan perubahan-perubahan positif bagi klien mengenai cara dan paradigma berfikir, cara menggunakan potensi nurani, cara berperasaan, cara berkeyakinan dan cara bertingkah laku berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah.
Al-Qur’an dan Sunnah Rasul dapatlah diistilahkan sebagai landasan ideal dan konseptual bimbingan dan konseling islami dan konseptual bimbingan dan konseling islami. Dari al-Qur’an dan Sunnah Rasul itulah gagasan , tujuan dan konsep-konsep bimbingan dan konseling islami bersumber. Jadi, bimbingan dan konseling islami adalah bimbingan sebagaimana kegiatan bimbingan lainnya, tetapi dalam seluruh aspek prosesnya berlandaskan ajaran islam (al-Qur’an dan as-Sunnah). Bimbingan dan konseling islami merupakan proses pemberian bantuan artinya pembimbing tidak menentukan atau mengharuskan, hanya membantu klien agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT. Maksudnya, hidup searah dengan ketentuan Allah ialah sesuai dengan kodrat yang ditentukan Allah dan berkewajiban mengabdi kepada-Nya dalam arti seluas-seluasnya. Dengan menyadari eksistensinnya sebagai makhluk Allah, diharapkan manusia dalam hidupnya tidak berperilaku yang keluar dari ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga hidupnya akan mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat.


DAFTAR PUSTAKA


Erhamwilda. 2009. Konseling Islami.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Faqih, Ainur Rahim. 2004. Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Yogyakarta: UII Press.
Hamdani. 2012. bimbingan dan penyuluhan. Bandung. CV.Pustaka Setia.
Hasyim,Farid,dkk. 2010. Bimbingan dan Konseling Religius. Jogjakarta. Ar-ruzz Media.
M.Arifin. 1979. Pokok-Pokok Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta. Bulan Bintang.
Tohirin. 2013. Bimbingan dan Konselig di sekolah dan di madrasah. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada.
http://dauspoenya.blogspot.com/2013/01/bimbingan-dan-konseling-dalam-islam.html


[1] Tohirin,Bimbingan dan Konselig di sekolah dan di madrasah,Jakarta,PT Raja Grafindo Persada,2013,Hal 15.
[3] Farid Hasyim dkk, Bimbingan dan Konseling Religius. Jogjakarta. Ar-ruzz Media,2010,hal 56.
[4] Erhamwilda,Konseling Islam,.Yogyakarta: Graha Ilmu,2009,hal 89.
[5] Ainur Rahim Faqih,Bimbingan dan Konseling dalam Islam, Yogyakarta: UII Press, 2004, hal 98.
[6] Hamdani,bimbingan dan penyuluhan,Bandung,CV.Pustaka Setia,2012,hal 185

[7] M.Arifin, Pokok-Pokok Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama,Jakarta. Bulan Bintang,1979, hal 87.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pendekatan Bimbingan Konseling Islami"

Post a Comment

Silahkan komentar dengan baik