BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sekolah
merupakan sebuah lembaga yang berfungsi tempat dilaksanakannya proses
pendidikan. Pendidikan tidak hanya mempunyai arti mentransfer ilmu dan materi
pelajaran kepada siswa, lebih luas dari itu kegiatan mendidik juga meliputi
merubah prilaku siswa ke arah yang lebih baik sehingga dapat berguna bagi
lingkungan keluarga dan masyarakat.
Berbagai
prilaku siswa dinikmati oleh guru setiap harinya bahkan di dalam kelas
sekalipun ketika sedang berlangsungnya proses pembelajaran. Masih banyaknya
siswa laki-laki yang suka mengganggu siswa perempuan dan akhirnya berwujud pada
perkelahian hingga tawuran. Prilaku siswa seperti ini digolongkan ke dalam
kenakalan siswa
Berbagai kasus
siswa dicatat setiap harinya dalam laporan sekolah. Di sekolah sangat
mungkin ditemukan siswa yang bermasalah dan menunjukkan berbagai gejala
penyimpangan perilaku. yang merentang dari kategori ringan sampai dengan berat.
Salahs atu faktor yang menyebabkan adalah siswa berasal dari keluarga yang
beraneka ragam sehingga interaksi yang idlakukan sering kali mengalami
penyumbatan, bahkan tidak jarang dari mereka membawa prilaku yang kasar sebagai
kebiasaan dalam rumah tangganya.
Berbagai
bentuk bimbingan telah diupayakan guru dalam pendidikan yang mempengaruhi
proses perkembangan individu dengan upaya-upya bantuan sehingga terjadi
perkembangna pada aspek-aspek pokok kepribadian yang secara meyeluruh
hasilnya tiada lain terjadi perubahan pada diri individu itu sendiri.
B. Rumusan masalah
Rumusan masalah
dalam penulisan ini adalah sebagai berikut;
1.
Apa
faktor yang mempengaruhi kenakalan pada siswa?
2.
Bagaimana
upaya dalam mengatasi kasus siswa?
3.
Bagaimana
usaha pembimbing konseling dalam mengatasi kenakalan siswa?
4.
Bagaimana
cara mencegah prilaku menyimpang siswa?
5.
Pendekatan
dalam meningkatkan keberhasilan siswa?
C. Manfaat
penulisan
1.
Dapat menjadi masukan bagi orang tua dan
masyarakat dalam mengetahui tanda-tanda sejak dini seorang remaja akan menjadi
seorang penjahat yang ditinjau dari aspek penyimpangan-penyimpangan yang telah
dilakukannya.
2.
Dapat membantu mengatasi masalah dalam masyarakat ketika sewaktu-waktu ada
permasalahan yang berhubungan dengan
kenakalan remaja.
3.
Adanya tanggung jawab moral bagi keluarga, sekolah dan masyarakat dalam
menyiapkan generasi muda sebagai penerus cita-cita bangsa.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kenakalan pada Siswa
Kenakalan
meliputi semua prilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang
dialukukan oleh remaja. Prilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan
orang-orang sekitarnya.
Kartono
(ilmuan sosiologi) mengemukakan bahwa kenakalan remaja atau dalam bahasa
Inggrisnya dikenal dengan isltilah Juvenule delinquency merupakan gejala
potologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian
sosial. Akibatnya, mengembangkan bentuk prilaku menyimpang. Santrock mengemukakan bahwa kenakalan remaja merupakan
kumpulan dari berbagai prilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial
hingga terjadi tindakan kriminal.
Kenakalan
remaja merupakan perbuatan anak-anak yang melanggar norma sosial, norma hukum,
norma kelompok dan mengganggu ketrentaman kelompok.
Berbagai kenakalan siswa sebagai kasus harus dihadapi guru di sekolah.
Berbagai kenakalan siswa sebagai kasus harus dihadapi guru di sekolah.
Berdasarkan
analisa penulis timbulnya kasus tersebut tentu saja dilatar belakangi oleh
beberapa faktor yang berasal dari :
1. Lingkungan keluarga, seperti:
a.
Tidak ada keterbukaan sesama anggota keluarga
b. Tidak
memperoleh kasih sayang dari orang tua
c. Kondisi
ekonomi keluarga
2. Lingkungan sekolah, seperti :
a.
Guru yang bersifat kurang adil kepada siswanya.
b.
Suasana sekolah yang kesempatan pada siswa senang
membolos, malas belajar dan melawan guru.
c.
Kegiatan belajar yang tidak lancar
Upaya untuk
menangani siswa yang bermasalah, khususnya yang terkait dengan pelanggaran
disiplin sekolah dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu:
1.
Pendekatan disiplin dan
2.
Pendekatan bimbingan dan konseling.
Sebagai
salah satu komponen organisasi sekolah, aturan dan tata tertib beserta
sanksinya memang perlu ditegakkan untuk mencegah sekaligus mengatasi terjadinya
berbagai penyimpangan perilaku siswa. Kendati demikian, harus diingat sekolah
bukan “lembaga hukum” yang harus mengobral sanksi kepada siswa yang mengalami
gangguan penyimpangan perilaku.
Sebagai
lembaga pendidikan, justru kepentingan utamanya adalah bagaimana berusaha
menyembuhkan segala penyimpangan perilaku yang terjadi pada para siswanya. Oleh
karena itu, perlu digunakan dua pendekatan diatas, yaitu melalui pendekatan
disiplin dan melalui Bimbingan dan Konseling. Berbeda dengan pendekatan
disiplin yang memungkinkan pemberian sanksi untuk menghasilkan efek jera,
penanganan siswa bermasalah melalui Bimbingan dan Konseling justru lebih
mengutamakan pada upaya penyembuhan dengan menggunakan berbagai layanan dan
teknik yang ada.
Penanganan
siswa bermasalah melalui Bimbingan dan Konseling sama sekali tidak menggunakan
bentuk sanksi apa pun, tetapi lebih mengandalkan pada terjadinya kualitas
hubungan interpersonal yang saling percaya di antara konselor dan siswa yang
bermasalah, sehingga setahap demi setahap siswa tersebut dapat memahami dan
menerima diri dan lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri guna tercapainya
penyesuaian diri yang lebih baik.
Secara visual,
kedua pendekatan dalam menangani siswa bermasalah dapat dilihat dalam bagan
berikut ini:
1. Usaha
Pembimbing Konseling dalam Mengatasi Kenakalan Siswa
Sebagai
seorang pembimbing konselling, maka seorang guru melakukan berbagai upaya
pendekatan dalam meredam kenakalan siswa baik di dalam maupun di luar kelas.
Siswa tidak
terlepas dari lingkungann sosial dimana ia ia tinggal dan bergaul serta
berintraksi dimasyarakat. Perantara aktif pertama dalam proses sosialisasi
perkembangan individu siswa adalah tuntuanan dan pengajaran dalam lingkungann
keluarga orang tua sebagai pendidik pertama. Orang tua mengajarkan anak didik
secara terarah menurut apa yang diharapkan berdasarkan norma-norma
dimasyarakat.
Perantara
aktif kedua adalah tuntunan dan pengajaran dalam lingkungan masyarakat luas.
Masyarakat luas dengan menyediakan lingkungan fisik dan sosial yang
diorganisasikan bermaksud agar siswa dapat berkembang secara pantas
sebagai mahluk sosial.
Bimbingan
dengan pengajaran sangatlah penting agar dapat lebih mengarahkan siswa
sebagai insan yang berilmu dan berguna bagi nusa dan bangsa. Untuk itu juga
sangat diperlukan partisipasi guru selain hanya guru BK. Dalam membantu
menyelesaikan kasus siswa, seorang guru juga harus dapat berperan sebagai :
a.
Pembimbing
Dalam
pengajaran menganggap bahwa siswa adalah individu yang aktif. Guru sebagai
pembimbing sebelum proses pengajaran berusaha mendorong siswa lebih aktif
dengan menetapkan secara jelas tujuan pengajaran hingga siswa dapat bergerak
sendiri disini telah terjadi proses bimbingan hingga masalah yang diatasi siswa
dapat teratasi.
b. Pengelola
kelas.
Sebagai orang
yang bertanggung jawab terhadap pengelolan kelas guru harus mampu menciptakan
dan mempertahankan kondisi optimal bagi terselenggara proses belajar mengajar
kegiatan antara lain : Pembinaan rapor, menghentikan tingkah laku siswa yang
menyimpang, pemberian hukuman kadang kala kondisi ini memburuk sehingga siswa
sangat membutuhkan layanan konseling.
c. Konselor
Guru mata
pelajaran juga dapat memegang peranan sebagai seorang konselor yang membantu
melayani siswa. Terkadang, banyaknya jumlahs iswa membuat guru konselor tidak
mampu melaksanakan pekerjaannya secara efektif, oleh karena itu membutuhkan
bantuan menghadapi siswa bermasalah.
2. Pencegahan Perilaku Menyimpang Siswa
Karena jiwa
siswa sebagai seorang remaja penuh dengan gejolak “strum and drag” dan
lingkungan sosial remaja juga ditandai perubahan sosial yang cepat khususnya
dikota-kota besar dan daerah yang sudah terjangkau sarana prasarana impormatika
dan perhubungan. Maka untuk mengurangi gejolak ini dengan memberikan kesempatan
kepada siswa mengembangkan dirinya secara lebih optimal perlu diciptakan
kondisi lingkungan terdekat yang stabil mungkin khusunya lingkungan keluarga,
masyarakat.
Disamping
faktor keluarga dan masyarakat lingkungan, pengembangan siswa yang optimal
perlu diusahakan melalui pendidikan disekolah yang pada hakekatnya merupakan
proses pengalihan norma-norma pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembangna jiwa remaja adalah lingkungan sekolah, sekolah selain berpungsi
pengajaran (mencerdaskan anak didik) juga berfungsi (tranpormasi norma-norma)
disekolah ada wali kelas berfungsi membantu anak didik jika menghadapi maslah
pelajaran, guru bp (bimbingan penyuluhan) yaitu membantu menyelesaikan persolan
pribadi, keluarga dsb. Kepala sekolah sebagai lider utama pimpinan sekolah
lebih menekankan kep[ada furu yang bersangkutan untuk bekerja secara optimal.
Untuk menjaga
stabilitas perkembangan jiwa siswa dan mengembangkan bakat mereka, maka sekolah
memiliki wadah yang tepat, seperti : Osis, pramuka, sispala seni dsb, sehingga
mereka dapat belajar berintraksi didalam proses mencari jati diri mereka. Serta
meningkatkan kemampuan siswa dalam bidang tertentu sesuai dengan bakat minat ,
teater, musik, olah raga, puisi hinggga mengembangkan kepercayaan diri.
3. Pendekatan-pendekatan
dalam Meningkatkan Keberhasilan Siswa
Dalam rangka
meningkatkan keberhasilan siswa untuk membentuk mental, moral spiritual,
personal dan sosial, maka dalam penerapan pendidikan budi pekerti dapat
digunakan berbagai pendekatan yang efektif dan saling menimnbulkan hasil yang
optimal (sinergis). Pendekatan yang dimaksud antara lain :
1.
Pendekatan Penanaman Nilai (incululcation Approach)
Pendekatan ini
mengusahakan agar siswa mengenal dan menerima nilai sebagai milik mereka dan bertanggung
jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan: mengenal pilihan,
menentukan pendirian, menerapkan nilai sesuai dengan keyakinan diri. Cara yang
dapat digunakan pada pendekatan ini antara lain, keteladanan, penguatan positif
(reward) dan negative (punishment), simulasi dan bermain peran.
2. Pendekatan
perkembangan moral kongnitif (cognitive moral development approach)
Pendekatan ini
menekankan berbagai tingkatan pemikiran moral. Guru dapat mengarahkan siswa
dalam proses pemikiran moral melalui diskusi masalah moral sehingga siswa dapat
membuat keputusan tentang pendapat moranya. Cara yang dapat digunakan dalam
penerapan budi pekerti dengan pendekatan antara lain diskusi kelompok topic
dilemma moral baik factual maupun abstrak.
3. Pendekatan
analisis nilai (values anlysis approach)
Pendekatan ini
menekankan siswa dapat menggunakan kemampuan berpikir logis dan ilmiah maslah
social yang berhubungan dengan niali tertentu. Cara yang digunakan melalui
diskusiterarah menuntut argumentasi, penegasan bukti, prinsip, analis terhadap
kasus, debat penelitian.
4.
Pendekatan klarifikasi nilai (values clarification
approach)
Pendekatan ini
bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran dan mengembangkan kemampuan siswa untuk
mengidentifikasi nilai-nilai mereka sendiri. Cara yang dilakukan, bermain peran
simulasi, aktivitas, diskusi kelompok.
5.
Pendekatan pembelajaran berbuat (action learning
approach)
Pendekatan ini
untuk mengembangkan kemampuan siswa seperti pendekatan analisis dan klarifikasi
nilai. Cara yang digunakan hubungan antar pribadi, praktek hidup bermasyarakat
dan berorganisasi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
analisis di atas, ditemukan bahwa siswa sebagai remaja yang memiliki
waktu luang banyak memiliki kemungkinan lebih besar untuk melakukan
kenakalan atau perilaku menyimpang. Demikian juga dari keluarga yang tingkat
keberfungsian sosialnya rendah maka kemungkinan besar anaknya akan melakukan
kenakalan pada tingkat yang lebih berat. Sebaliknya bagi keluarga yang tingkat
keberfungsian sosialnya tinggi maka kemungkinan anak-anaknya melakukan
kenakalan sangat kecil, apalagi kenakalan khusus.
Untuk mencegah
kenakan siswa tidak hanya sebatas lingkungan sekolah tapi harus melibatkan
semua unsur yang ada dalam masyrakat serta peran pemerintah.Berdasarkan
kenyataan di atas untuk memperkecil tingkat kenakalan siswa, maka ada dua hal
yang perlu diperhatikan yaitu meningkatkan keberfungsian sosial keluarga
melalui program-program kesejahteraan sosial yang berorientasi pada keluarga
dan pembangunan sosial yang programnya sangat berguna bagi pengembangan
masyarakat secara keseluruhan.
Pada dasarnya
ada dua pendekatan yang dapat dilakukan untuk menangani kasus siswa, yaitu
pendekatan disiplin dan bimbingan konseling. Di samping itu para guru juga
harus mampu melibatkan siswa yang bersifat agak “rawan” terhadap
kenakalan tersebut pada kegiatan-kegiatan sekolah yang positif sehingga
mempersempit ruang kenakalan siswa tersebut.
B.
Saran
1.
Saran untuk Masyarakat
Masyarakat
secara bersama-sama dengan seluruh warga dan elemen-elemen lainnya agar dapat
peduli terhadap remaja supaya tidak melakukan penyimpangan-penyimpangan, dengan
cara mengontrol berbagai kegiatan yang dilakukan oleh para remaja terutama kegiatan
yang dilakukan pada malam hari. Serta mengarahkan para remaja untuk melakukan
berbagai kegiatan yang positif yang berguna untuk masa depannya.
2.
Saran untuk
Orang Tua
Orang
tua agar dapat mengontrol semua kegiatan yang dilakukan oleh anaknya sehari-hari
supaya anaknya tidak melakukan berbagai penyimpangan-penyimpangan yang tentunya
dapat merugikan dirinya sendiri, orang tua, masyarakat, bangsa dan negara serta
dapat menghancurkan masa depannya.
3.
Saran untuk
Para Remaja
Masa
remaja yang serga ingin tahu rentan sekali melakukan penyimpangan, oleh karena
itu kepada setiap remaja agar dapat memilih teman yang sekiranya baik dan tidak
mengajak untuk melakukan penyimpangan. Karena faktor lingkungan terutama
pengaruh teman merupakan faktor yang dominan seorang remaja melakukan berbagai
penyimpangan.
0 Response to "Makalah Kenakalan Siswa dan Penanggulangannya"
Post a Comment
Silahkan komentar dengan baik